JAKARTA – Pemerintah memberi lampu hijau kepada Pertamina untuk meluncurkan varian baru Bahan Bakar Minyak (BBM) pengganti premium bernama Pertalite.
Peluncuran Pertalite untuk menghapus secara bertahap peredaran premium di masyarakat, produk premium memiliki fitur yang tidak ramah lingku-ngan dan kerap menimbulkan kecurigaan lantaran spesifikasinya yang sudah tidak ada di pasar internasional.
Namun Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri menilai BBM jenis pertalite muncul karena sikap pemerintah yang tidak konsisten terhadap kebijakan pencabutan subsidi BBM jenis premium. PT Pertamina pun menga- lami kerugian atas kebijakan tak konsisten itu.
“Ini kan fakta dalam APBN yang diketok tidak ada lagi subsidi (premium), tapi ternyata harga yang ditentukan pemerintah membuat Pertamina rugi yang seharusnya Rp8.000 tapi dipaksakan di harga Rp7.400,” kata Faisal di Jakarta, Minggu (19/4).
Sebab, kata dia, PT Pertamina harus dibebani selisih harga sekitar Rp600 yang seharusnya menjadi beban pemerintah melalui subsidi.
“Kalau dulu subsidi itu pemerintah yang bayar. Tapi karena pemerintah sudah memutuskan tidak ada subsidi, jadi yang membayar diserahkan kepada Pertamina. Kesalahannya karena pemerintah tidak konsisten. Makanya muncul ini pertalite,” tegasnya.
Menurutnya, selama pemerintah konsisten, kebjijakan tak terlalu bagus pun masih bisa diterima. “Kebijakan itu lebih baik jelek tapi konsisten, dari pada bagus tapi berubah-ubah. Karena jelek konsis-ten akan jadi apa-apa dibandingkan bagus tapi berubah-ubah yang tak akan jadi apa-apa,” tandasnya.
Sementara itu, Pertamina (Persero) menunggu pemerintah mencabut subsidi Premium sebelum meluncurkan varian baru BBM bernama Pertalite, dengan kadar oktan antara 90 persen sampai de-ngan 91 persen.
“Sebetulnya ron 90 (persen) ini kita sudah mau launching sejak lama karena kita ingin punya produk yang sesuai requirement pasar. Tapi, waktu itu premium subdisinya masih besar sehingga akan jauh gap harganya. Nah, ini waktunya pas,” kata Vice President Fuel Marketing Pertamina Muhammad Iskandar, di Bumbu Desa, Cikini, Jakarta Pusat, Ming- gu (19/4).
Ia mengklaim, harga Pertalite yang dibanderol Pertamina akan berada di bawah harga Pertamax, namun di atas harga Premium. Sebab, kadar oktan Pertalite berkisar antara 90-91 persen sedangkan kadar Pertamax berkisar antara 92-93 persen.
“Harganya medium antara Rp 8.000-Rp 8.300 per liter. Sehingga spare harga dengan Premium dan Pertamax tidak terlalu jauh,” ungkapnya.
(GAM)