BANGKALAN – Sudah satu bulan terakhir, penyakit chikungunya menyerang warga Kecamatan Klampis. Hingga kini setidaknya sudah berpuluh-puluh orang menderita penyakit yang menyerang persendian itu. Penyebarannya pun hampir terjadi secara bergantian.
Chikungunya merupakan penyakit sejenis demam yang disebabkan alphavirus, yang disebarkan oleh gigitan nyamuk dari spesies Aedes Aegypti. Efek dari penyakit ini menyebabkan rasa nyeri pada lutut, pergelangan kaki, persendian tangan dan kaki. Penyakit ini tidak menyebabkan kematian bagi penderita. Hanya saja, rasa nyeri dahsyat dirasakan oleh penderita.
“Banyak warga di daerah sini yang terkena virus chikungunya. Hampir setiap orang terkena penyakit ini secara bergantian. Umumnya orang dewasa,” kata Wardi (49), warga Desa Tenggun, Kecamatan Klampis.
Menurutnya, ada puluhan orang yang menderita penyakit ini. Biasanya mereka mengalami gejala sakit dan nyeri pada daerah persendian. Namun sayangnya, belum ada tindakan dari puskesmas setempat untuk memberantas sistem penularan penyakit ini di daerah ini. Padahal, korbannya sudah banyak dan hampir merata.
“Penderita chikungunya biasanya bergantian. Gejala utamanya tiba-tiba tubuh terasa demam diikuti linu di persendian. Ayah saya yang saat ini sakit, awalnya saya juga terkena penularan penyakit ini. Di desa ini hampir setiap warga terkena penyakit akibat nyamuk ini,” terangnya.
Diketahui, virus ini dipindahkan dari satu penderita ke penderita lain melalui nyamuk, kemudian akan berkembang biak di dalan tubuh manusia. Virus ini rupanya menyerang semua lapisan usia baik anak-anak maupun dewasa di daerah endemis. Secara mendadak penderita akan mengalami demam tinggi selama lima hari.
Pada orang dewasa gejala nyeri sendi dan otot sangat dominan sampai menimbulkan kelumpuhan sementara, karena rasa sakit saat berjalan. Sebaliknya, pada penderita anak kecil pemicunya dimulai dengan demam mendadak disertai warna kulit kemerah-merahan. Ruam-ruam merah itu muncul setelah 3-5 hari. Bedanya dengan demam berdarah, penyakit ini tidak sampai terdapat perdarahan hebat, shock, ataupun kematian.
Antisipasi yang dilakukan, sama halnya dengan mengatasi peredaran penyakit demam berdarah. Sebab, sistem penyebarannya serupa, hanya saja jenis virus yang dibawa yang berbeda. Oleh karena itu, pengasapan melalui fogging bisa dilakukan untuk membunuh jenis nyamuk pembawanya.
“Upaya yang kita lakukan sejauh ini hanya bisa melakukan Fogging, sama halnya seperti memberantas penularan demam berdarah. Selain itu, pengobatan massal untuk memberikan pelayanan kepada penderita,” terang Kepala puskesmas Klampis, Suroso saat dikonfirmasi, kemarin (31/3).
Namun, pihaknya mengaku belum mengetahui kasus penyebaran Chikungunya di desa Tenggun. Sebab, penderita cikungunya banyak berasal dari desa Ko’ol kecamatan Klampis. Jumlahnya pun mencapai puluhan dan sudah dilakukan upaya pengasapan fogging. Namun, pihaknya menyarankan agar tidak mengkawatirkan penyakit tersebut, karena penyakit ini tidak berbahaya bagi jiwa.
“Bagi yang mengalami penyakit chikungunya segera periksakan ke Puskesmas terdekat, agar bisa segera tertangani dan mendapatkan perawatan,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Bangkalan, Nur Aida Rachmawati mengaku belum mengetahui secara pasti perihal penyebaran penyakit Chikungunya di kawasan Klampis. Namun, berdasarkan pengalaman pada tahun sebelumnya saat dirinya pernah bertugas di kecamatan Klampis memang sering terjadi penyebaran penyakit tersebut.
“Memang efeknya terlihat parah, seperti lemas dan tidak bisa jalan. Namun, hal itu tidak akan bertahan lama. Masa penyakit ini sekitar 4-5 hari,” paparnya.
(MOH RIDWAN/RAH)