
Penulis : Sri Mulyati, dkk.
Penerbit : Gading, Yogyakarta
Cetakan : I, 2015
Tebal : xxx + 296 halaman
ISBN : 978-602-14913-9-3
Gus Dur adalah belantara makna yang seakan tak pernah habis digali. Sudah tak terhitung kajian yang telah dilakukan untuk mengungkap sosok dan pemikirannya. Dalam kerangka ini pandangan Gus Dur terhadap kesetaraan gender sangat menarik dikaji. Selain peduli terhadap perdamaian, pluralisme, demokrasi, dan pembelaan terhadap kaum minoritas, Gus Dur juga peduli terhadap hak asasi perempuan.
Sudah ratusan bahkan mungkin juga ribuan buku atau berita tentang Gus Dur dalam berbagai versinya, terutama saat-saat akhir hidup beliau. Dalam gunungan dokumen itu, Gus Dur berada dalam dua fokus perjua-ngan. Pertama, persamaan atau keadilan di muka hukum untuk sesama. Kedua, perlindungan kepada yang lemah. Sedangkan pembelaan terhadap perempuan adalah bagian dari isu yang tak terpisahkan dari dua fokus tersebut (halaman 3).
Umumnnya para pengamat seperti Martin Van Bruinessen melihat sosok Gus Dur sebagai tokoh yang merintis pemikiran liberal, termasuk pemikiran feminisme di NU. Pandangan Martin Van Bruenessen tidaklah keliru. Gus Dur sebagi lokomotif NU selama tiga periode (1984-1999) telah mengantarkan organisasi yang “tradisional” ini menjadi organisasi yang besar dan dikenal sampai kancah internasional. Sementara pemikiran Gus Dur terkait feminisme bukan hanya diterima, melainkan juga diimplementasikan dalam berbagai organisai perempuan NU, seperti IPPNU, Fatayat dan Muslimat (halaman 61).
Sementara pada aspek politik, Gus Dur dikatakan sebagai pe-nyemai politisi perempuan dan ruh kesetaraan. Dalam hal ini, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah wali bagi politisi perempuan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan secara umum beliau sebagi wali bagi para pegiat dan pejuang gerakan hak-hak perem-puan di Indonesia (halaman 107).
Sedangkan pandangan Gus Dur tentang demokrasi, plura-lisme, toleransi, sekularisme, feminisme, gender dan sebagiannya, semuannya berangkat dari spirit Islam. Di tangan Gus Dur Islam yang cenderung berwajah Arab dan formal, menjadi sangat lokal dan kultural. Dampaknnya orang dapat menerima Islam dengan tenang, teduh dan damai (halaman 202).
Buku Gus Dur di Mata Perempuan ini, bisa dikatakan belum ada. Karena memiliki pembahasannya kusus, menyeluruh, dan mendalam pada pemikiran dan bentuk tindakan Gus Dur terhadap gender. Sementara buku lain yang membahas pemikiran Gus Dur, seperti halnya buku yang diberi kata pengantar Greg Barton dengan judul Prisma Pemikiran Gus Dur yang diterbitkan LKiS.
Buku setebal 296 halaman ini memang sangat menarik di baca, ulasannya bukan hanya pemikiran dan peran Gus Dur dalam bingkai Feminisme, akan tetapi banyak sekali aspek yang diungkap penulis mengenai Islam dalam sudut pandang Gus Dur, dengan bahasa yang sederhana namun memiliki muatan yang sangat mendalam. Dengan membaca buku ini, para pembaca dapat mengetahui berbagai pandangan Gus Dur tentang demokrasi, pluralisme, toleransi, sekularisme, feminisme, gender dan sebagiannya. Selamat membaca!
Oleh: Ridwan Bagus Dwi Saputra
Alumnus Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya.