
Penulis : BH Ryanto
Penerbit : Revka Petra Media Surabaya
Cetakan : I Tahun 2015
Tebal : 56 halaman
ISBN : 978-602-116-294-1
Kehidupan, adalah sebuah perjalanan. Jarak tempuh perjalanan bisa panjang atau pendek. Dalam perjalanan, sudah semestinya memiliki tujuan. Atau sebaliknya, tidak mesti bertujuan, terutama bagi mereka yang memuja ketidakjelasan.
Bagaimana dengan puisi, ia sebuah karya yang kreatif. Tetapi menurut penulis antologi puisi Suramadu, BH Ryanto, kreatif pada karya bukan sesuatu yang substansial, bukan hal yang utama. Sebab, urusan kreatif atau tidak kreatif amat relatif. Puisi adalah catatan; tentang kehidupan dan apapun. Puisi dicipta penyair, maka puisi merupakan catatan spesifik seorang penyair.
Konstruk itulah yang ingin ditampilkan BH Ryanto dalam buku keduanya saat ini, Sura-madu setelah membuat antologi puisi tahun lalu, Pesan Pendek dari Tuhan (2014). Ia ingin menegaskan bahwa penyair juga manusia. Tentu pernah atau bahkan seringkali melakukan aktivitas; perjalanan yang panjang atau pendek. Perjalanan di sini bukan semata perjalanan fisik tetapi justru perjalanan transfisik (lintas fisik).
Nah, untuk kavling yang inilah, justru puisi seringkali dilahirkan. Transfisik yang dimaksudkan BH Ryanto, adalah lebih kepada dimana posisi dan kondisi penyair sedang melangsungkan dialogis batiniah (kontemplasi). Dalam situasi seperti ini, segala peristiwa yang didapat dari segala aktivitas perjalanan, yang me-nurut si penyair memiliki muatan makna paling mendalam; akan mengendap dalam batinnya.
Karena ia seorang penyair, maka bentuk ekspresinya adalah puisi. Kehidupan adalah sebuah perjalanan. Puisi adalah catatan kehidupan penyair. Jika diibaratkan jenis kelamin, bisa tidak sekadar laki-laki dan perempuan. Ia bisa menjelma selain laki-laki dan di luar pe-rempuan. Tetapi, secara tematik puisi bisa apa saja; sosial, religius, mungkin bisa ilmiah, bahkan romantika.
Semua karya puisi sekaligus tema yang dihimpun, tentu memiliki kekhasan, keutamaan, serta alasan tersendiri. Yang penting dicatat, semua itu adalah sebentuk buah tangan dalam perjalanan hidup penyair (yang terlalu sayang bila dibuang begitu saja).
Dalam perjalanan hidup yang sudah relatif panjang ini telah tercatat berbagai kisah. Itu semua dilakukan karena beberapa telah mampu memikat jiwa untuk mencatatnya; menuliskannya dalam bentuk puisi. Khusus dalam puisinya kali ini, ia memberi aksentuasi pada keterlibatan dirinya secara privat dengan jenis manusia lain; perempuan.
Penting dicermati, pertama; bahwa sosok perempuan di sini diposisikan sebagai sahabat atau teman curhat, atau kekasih. Kedua; bahwa sosok perempuan berikut kisah dalam bait puisi ini, tidaklah nyata dalam keseluruhan diksi. Ia hendak mengatakan bahwa tema buku puisinya kali ini; adalah sekitar ke-kekasih-an atau tentang cinta saja. Ini dipilih karena dirasa; cinta telah mampu memberi kekuatan yang lain pada dirinya. [*]
Oleh: Imalah
Lulusan Sastra Asia Barat UIN Malang. Kepala TK Salsabila Karduluk Sumenep.