PAMEKASAN – Kendati berstatus sebagai Kabupaten Pendidikan, tetapi kekurangan tenaga guru berstatus pegawai negeri sipil (PNS) di Pamekasan sulit teratasi. Bahkan semakin lama kekurangannya semakin meningkat.
Terbukti, pada awal tahun 2014 kekurangan tenag pendidik di Pamekasan berjumlah 600 guru. Saat ini jumlah kekurangan guru mulai dari tingkat SD, SMP, dan SMA sudah mencapai angka 800 guru. Mayoritas kekurangan tersebut terjadi di SD. Dari data yang dihimpun Koran Madura, kekurangan guru SD sebanyak 576 guru. Jumlah tersebut tersebar di seluruh sekolah di Pamekasan.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Pamekasan, Yusuf Suhartono mengatakan pihaknya tidak bisa berbuat banyak untuk mengatasi kekurangan guru PNS tersebut. Sebab kekurangan tersebut tidak bisa dipenuhi sekaligus. Sejauh ini pihaknya berupaya pengajuan penambahan guru setiap tahun. Hanya saja koutanya masih dibatasi. Karenanya, pihaknya masih memanfaatkan guru yang ada.
“Mudah-mudahan kuota pengangkatannya bertambah. Setiap tahun kita lakukan pengajuan ke pusat melalui BKD (Badan Kepegawaian Daerah), sesuai dengan kekurangan yang terjadi. Sementara ini kami menggunakan guru yang ada ,” kata Yusuf.
Dijelaskan Yusuf, kekurangan guru terbesar terjadi di daerah utara yang meliputi Kecamatan Barumarmar, Kecamatan Proppo, dan Kecamatan Pegantenan. Hal ini juga dipengaruhi oleh banyaknya guru PNS yang pensiun.
Bahkan, lanjutnya, pihaknya memperkirakan dalam setiap bulan guru PNS yang purna tugas sekitar 20 orang, sehingga jika dalam setiap 1 tahun kalau diakumulasikan mencapai sekitar 200 orang guru PNS yang pensiun.
Karena itulah, pihaknya berupaya melakukan penataan dan pemerataan guru. Membatasi mutasi dari daerah utara ke selatan. Menempatkan guru PNS baru ke daerah yang kekurangan guru. Memberikan nota tugas wajib mengajar 24 jam dan memutasi guru dari lembaga yang lebih guru ke sekolah yang kurang guru.
Selain itu, kurangnya guru PNS ini membuat Disdik masih bergantung pada guru tidak tetap (GTT) yang diangkat oleh sekolah yang bersangkutan. Pihaknya saat ini masih merencanakan regrouping agar kebutuhan guru berkurang.
“Kita bisa regrouping, nanti kebutuhan gurunya kan berkurang jumlahnya. Cara lain diajar oleh GTT. Intinya, dalam kondisi kekurangan guru, kami akan tetap berupaya agar kurangnya guru tidak sampai mengganggu proses belajar mengajar siswa,” ungkapnya.
(ALI SYAHRONI/RAH)