
PAMEKASAN – Mediasi antara massa Gerakan Santri dan Pemuda Rahmatan Lil Alamin (Gasper) Pamekasan dengan pengurus Masjid Ridwan, Pamekasan, yang digelar di Peringgitan Dalam, Pendopo Ronggosukowati, Pamekasan, tidak berjalan mulus, bahkan diwarnai walk out (WO), Senin (30/3) malam.
Dalam pertemuan yang berlangsung selama 2,5 jam itu dihadiri sejumlah ulama yang tergabung dalam Forum Komunikasi Umat Islam (FOKUS), Forum Musyawarah Ulama (FMU), dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Pamekasan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pamekasan, Wakil Bupati Pamekasan, Khalil Asyari, Forum Pimpinan Daerah (Forpimda), dan beberapa pejabat Pemkab Pamekasan.
Dalam mediasi itu, Ketua Gasper Pamekasan, Matkur Rozak dan beberapa anggotanya meninggalkan ruang pertemuan karena tidak terima atas pernyataan Dandim 0826 Pamekasan, Letkol Armed Mawardi, yang meminta Matkur Rozak keluar dari acara pertemuan sebab dinilai tidak menghargai ulama.
Hal itu terjadi karena saat itu Matkur beberapa kali instrupsi dan memprotes K Abdurrahman, dari FOKUS, yang meminta berhenti berbicara, karena dianggap sudah lebih waktu dari 5 menit. Padahal waktu yang diberikan pada K Abdurrahman sesuai kesepakatan selama 20 menit.
Setelah anggota Gasper keluar, acara mediasi terus dilanjutkan, dengan dipandu Dr Zahid, dari Lembaga Pengkajian dan Penerapan Syariat Islam (LP2SI), Pamekasan. Dalam mediasi itu diperoleh kesepakatan, ke depan pihak Masjid Ridwan tidak akan mendatangkan penceramah yang dianggap mengundang keresahan bagi masyarakat.
Sementara permintaan agar Masjid Ridwan tidak merelay (meneruskan) siaran Radio Rodja, tidak masalah dan tetap diperbolehkan sepanjang tidak melanggar ketentuan yang diatur Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Sebelum Matkur Rozak keluar, ia menuntut pihak Masjid Ridwan, tidak merelay atau meneruskan siaran Radio Rodja dan tidak mendatangkan penceramah yang dinilai memiliki catatan hitam. Namun permintaan itu ditolak Herman Hadi Sucipto, perwakilan dari Masjid Ridwan, karena selama penceramah yang diundang tidak pernah menyinggung soal larangan ziarah kubur, larangan memperingati mauled, dan larangan tahlil.
“Kami sudah belasan tahun mengadakan pengajian rutin di Masjid Ridwan. Selama ini penceramah tidak menyinggung masalah perbedaan itu. Buktinya, jemaah yang hadir juga banyak dari warga sekitar, karena penceramah kami tidak mencela dan menghina orang lain,” kata Herman Hadi Sucipto.
Seperti diberitakan, sekitar 1.500 massa Gasper Pamekasan berunjuk rasa dari monumen Arek Lancor, menuju Masjid Ridwan, di Jl Diponogoro, Pamekasan, Jumat (20/3) lalu. Mereka menolak kedatangan tokoh wahabi yang hendak mengisi ceramah di Masjid Ridwan, karena dianggap mengusik ketenangan umat Islam di Pamekasan.
(ALI SYAHRONI/UZI/RAH)