SUMENEP- Dampak kenaikan bahan bakar minyak (BBM) oleh pemerintah pada 28 Maret lalu membuat sejumlah nelayan di berbagai daerah enggan melaut. Pantauan Koran Madura, di Desa Poteran Kecamatan Talango maupun di pantai Dungkek, Kecamatan Dungkek para nelayan lebih suka menganggur dan menambatkan perahunya di tepi pantai. Tidak melautnya mereka lantaran biaya operasional menjadi membengkak, sementara hasil tangkapan ikan tidak sesuai dengan harapan.
“Lebih baik tidak melaut dik daripada rugi. Sebab beberapa kali kami melaut, hasil tangkapan kami tidak sebanding dengan biaya yang harus dikeluarkan selama proses penangkapan ikan,” ungkap Abd. Ghafur, nelayan asal Desa Poteran, Pulau Talango
Akibatnya, lanjut Ghafur, para nelayan di sesanya lebih memilih menganggur dan menambatkan perahunya di tepi pantai. Katanya, sejak bebeberapa hari ini, mereka hanya mengecat perahu dan memperbaiki jaring ikan. “Ada yang mengisi aktivitas kosong dengan memancing sekadar untuk dikonsumsi sendiri,” akunya.
Sementara salah seorang nelayan asal Dungkek, Addus mengaku kalau para nelayan lebih memilih aktivitas lain daripada melaut malah rugi. “Sehari-hari hanya memperbaik jaring. Kadang memancing mas. Mau melaut BBM mahal, daripada rugi, lebih baik berhenti,” akunya, Minggu (5/4) kemarin.
Ditanya tentang biaya operasional melaut, kata Addus setiap kali berangkat membutuhkan BBM sedikitnya 30 liter perhari. Sementara hasil tangkapan ikan tidak sebanding dengan. Para nelayan berharap agar pemerintah memikirkan nasib rakyat, lebih-lebih para nelayan. Sebab, ketergantungan terhadap BBM sangat tingg. Bahkan BBM itu telah menjadi kebutuhan pokok untuk mencari mata pencaharian.
(AHMAD SA’IE/SYM)