
SURABAYA – Berbagai peristiwa mewarnai pelaksanaan ujian nasional (UN) 2015 SMA sederajat di berbagai daerah di Jawa Timur, yang secara nasional mulai dilaksanakan, Senin (13/4).
Tahun 2015, peserta UN pada 13-16 April mencapai 429.850 siswa se-Jatim yang terdiri dari SMA 148.456 siswa, MA 84.400 siswa, SMA Terbuka 20 siswa, SMA Luar Biasa 245 siswa, dan SMK 196.729 siswa.
Ada dua jenis UN dilaksanakan, yaitu model UN “CBT” (computer based test) atau UN berbasis komputer dan UN “PBT” (paper based test) atau UN berbasis kertas.
UN jenis CBT merupakan pengalaman pertama, dan pemerintah memutuskan 585 sekolah se-Indonesia sebagai penyelenggara UN CBT pertama kali, dengan 164 sekolah dari Jatim (28 persen), meski Disdik Jatim sebenarnya mengusulkan 198 sekolah.
Sedangkan, jumlah peserta UN tingkat SMA di Surabaya mencapai 37.868 siswa, rinciannya yakni peserta SMA berjumlah 17.688 siswa, SMK berjumlah 18.930 siswa, dan MA berjumlah 1.250 siswa.
Di Surabaya dilaporkan, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bersama Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Anas Yusuf memberi semangat kepada siswa-siswi peserta ujian nasional tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) yang digelar serentak mulai hari ini.
“Jangan tegang, semangat dan semoga sukses ya anak-anak,” ujar Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di hadapan siswa kelas XII sebelum UN dimulai di sela pantauannya di SMA Negeri 5, Jalan Kusuma Bangsa Surabaya.
Menurut dia, yang dibutuhkan anak-anak saat ini adalah semangat agar mengerjakan ujian merasa nyaman, tidak tegang dan menghindari stres di pikiran.
Ia menilai pelaksanaan UN 2015 di Surabaya jauh lebih siap dan tenang dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, karena persiapan yang dilakukan Dinas Pendidikan dan dewan guru di sekolah sudah dilakukan secara dini serta matang.
“Sejak naik kelas XII, anak-anak sudah dipersiapkan. Ujian-ujian juga sering dilakukan, tujuannya untuk membiasakan serta membuat suasana lebih santai ketika menghadapi ujian nasional,” kata wali kota perempuan pertama di Kota Pahlawan itu.
Di SMA Negeri 5, seluruh peserta UN pelaksanaannya menggunakan model UN “CBT” (computer based test) atau UN berbasis komputer.
Pihaknya sudah memastikan persiapan menerapkan ujian model ini dan berkoordinasi dengan PLN, Telkom serta menyiagakan genset untuk mengantisipasi hal-hal tidak diinginkan, khususnya gangguan listrik bermasalah atau padam.
Selain itu, Rismaharini juga memantau pelaksanaan UN di SMK Negeri 8 yang terletak di Jalan Kamboja Surabaya, sekaligus memantau UN “PBT” (paper based test) atau UN berbasis kertas.
“Model UN berbasis komputer maupun kertas sudah dianalisa bersama dan kami optimistis hasilnya memuaskan. Dinas Pendidikan juga sudah mempersiapkan segalanya. Terhadap pengawas dan kepala sekolah kami juga sudah berkoordinasi,” tukasnya.
Sementara itu, Kapolda Jatim Irjen Pol Anas Yusuf mengatakan pantauannya bersama Rismaharini untuk memastikan amannya pelaksanaan UN 2015, sekaligus memberi jaminan bahwa tidak ada persoalan keamanan di semua sekolah penyelenggara.
“Kedatangan saya dengan Bu Wali Kota ini memastikan pelaksanaan UN yang dimulai hari ini berjalan aman, baik dan lancar,” tuturnya, didampingi Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Setija Junianta.
Sementara di Kabupaten Sumenep, dua dari 12.424 siswa kelas XII yang terdaftar sebagai peserta ujian nasional (UN) sekolah menengah atas sederajat pada tahun ini mengikuti kegiatan tersebut di luar sekolah.
“Mereka terpaksa menjalani UN di luar sekolah, karena diduga terlibat dan menjadi korban tindak pidana,” ujar Kabid Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan (Disdik) Sumenep, Nurul Hamzah.
Dua siswa tersebut berinisial AW (laki-laki) dari salah satu SMA swasta di Kecamatan Ambunten dan NA (perempuan) dari SMA swasta di Gayam, Kepulauan Sapudi.
“AW yang diduga terlibat tindak pidana pencurian itu menjalani UN di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Sumenep,” kata Nono, sapaan Nurul Hamzah, menerangkan.
Sementara NA yang menjadi korban tindak pidana pemerkosaan mengikuti UN di Rumah Perlindungan dan “Trauma Center” (RPTC) Sumenep.
AW maupun NA sudah berada di Rutan dan RPTC Sumenep sejak beberapa waktu lalu.
“Mereka tetap memiliki hak mengikuti UN, dan selanjutnya kewajiban kami untuk memfasilitasi mereka supaya bisa menjalani UN,” ucapnya, menambahkan.
Nono juga mengemukakan dua peserta yang menjalani UN di luar sekolah itu diawasi oleh masing-masing seorang pengawas.
“Selain pengawas, ada petugas lain yang bertugas menyerahkan naskah UN sekaligus mengembalikan lembar jawaban mereka, masing-masing satu orang, ke Kantor Disdik Sumenep,” katanya.
Sesuai data di Disdik Sumenep, jumlah peserta ujian nasional SMA sederajat pada tahun ini yang dilaksanakan pada 13-15 April, sebanyak 12.424 siswa.
Rinciannya, 4.199 siswa SMA, 5.588 siswa madrasah aliyah (MA), 4 siswa SMALB, 1.162 siswa sekolah menengah kejuruan (SMK), dan 1.471 siswa atau peserta paket C.
Sementara itu, seorang siswa Madrasah Aliyah (MA) di Kabupaten Tulungagung mengikuti ujian nasional di ruang isolasi RSUD dr Iskak Tulungagung karena patah tulang selangka akibat kecelakaan pada Kamis (9/4).
“Dia memaksa ikut ujian nasional meski kondisinya masih sakit akibat patah tulang yang dialaminya pascakecelakaan,” kata Taufiqurrido, guru pendamping yang mengawasinya di RSUD dr Iskak Tulungagung.
Rita Dwi Fatmawati (17), nama siswa itu, mengerjakan soal ujian mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan didampingi satu guru pengawas dan satu guru kelasnya.
Ia menyelesaikan soal-soal ujian dalam tempo dua jam, yang dikerjakannya dengan cara duduk di atas kasur tempatnya dirawat.
Rita tidak langsung mengisi lembar jawaban komputer (LJK) yang disediakan panitia ujian.
Karena lengan kanannya tak bisa digerakkan akibat patah tulang selangka, ia hanya membaca soal lalu menentukan pilihan jawaban di kertas naskah ujian.
Pengisian LJK selanjutnya dibantu oleh pengawas ujian yang duduk disamping tempat tidurnya.
“Kami memberi toleransi karena memang kedua tangannya tak bisa digunakan sekaligus untuk mengerjakan soal. Dia yang memilih jawaban, selanjutnya pengawas membantu mengisi LJK,” ujar Taufiqurrido.
Ia menceritakan Rita adalah satu dari lima siswa kelas XII MA Diponegoro, Kecamatan Bandung yang menjadi korban kecelakaan beruntun sepulang mereka mengikuti acara istigatsah atau doa bersama menjelang ujian nasional, di sekolah, Kamis (9/4) sekitar pukul 09.00 WIB.
Empat teman Rita hanya mengalami luka ringan sehingga tetap bisa mengikuti ujian nasional di sekolah.
Namun, tidak demikian halnya dengan Rita yang harus dirujuk di RSUD dr Iskak karena hasil diagnosa menyatakan siswa kelas XII IPS ini mengalami trauma patah tulang selangka bagian kanan, sehingga harus menjalani perawatan intensif.
Kecelakaan beruntun itu sendiri melibatkan sebuah truk pengangkut pasir, satu mobil Daihatsu Xenia serta lima sepeda motor yang ditunggangi Rita dan kawan-kawan sepulang acara istighatsah di sekolah.
Dari Jember dilaporkan, seorang siswa sekolah menengah atas penyandang tunanetra mengikuti ujian nasional di Sekolah Luar Biasa (SLB-A) di Kelurahan Bintoro, Kecamatan Patrang.
(ANT/CHANDRA HN)