PAMEKASAN – Pernyataan Pimpinan DPRD Pamekasan, Suli Faris tentang tanaman tebu yang dinilai sebagai kelinci percobaan tidak mengendurkan semangat Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Pemkab setempat untuk mengembangkan tanaman itu. Setelah sebelumnya mengembangkan tebu seluas 800 hektare sejak 2013 lalu, tahun ini Dishutbun menargetkan bisa mengembangkan tanaman alternatif tembakau ini seluas 1000-1500 hektare.
Pengembangan dan penanaman kebun bibit datar (KBD) ini bekerjasama dengan PTPN X yang memberi pinjaman modal. Penanamannya sudah dilakukan di sejumlah kecamatan secara swadaya.
Kepala Dishutbun, Pemkab Pamekasan, Ajib Abdullah menjelaskan rencana awal, penanaman tebu ini dibatasi Januari. Namun setelah melalui pembahasan penanaman bisa dilakukan pada Mei-Agustus 2015 terutama di lahan basah yang bisa disiram dengan konor atau melalui sumber air. Sedangkan penanaman yng dilakukan sejak Maret sampai Juni akan dijadikan bibit 2015/2016.
“Sambil lalu akan kami berikan arahan dan bimbingan teknik budidaya tebu. Hasilnya nanti akan dibeli PTPN X secara lelang,” katanya.
Sebelumnya Wakil Ketua DPRD Pamekasan, Suli Faris mengingatkan Pemkab jangan hanya menjadikan masyarakat sebagai kelinci percobaan. Sebab menurutnya, untuk budidaya tanaman tebu itu dibutuhkan lahan yang cukup air. Sementarta sebagian besar lahan di Pamekasan adalah lahan kering. Selain itu, karena masyarakat Pamekasan sudah kadung terbiasa dengan tembakau dan juga belum bisa dipastikan keuntungan dari peralihan ke tanam tebu itu.
Ditegaskan, Pemkab tidak bisa serta merta bisa melakukan pengalihan dari tembakau ke tebu. Karena belum ada proyek percontohan yang bisa ditiru oleh masyarakat. Sehingga belum jelas masa depan dari tanaman tebu di Pamekasan seperti apa dan tidak ada jaminan lebih baik dari tembakau.
Menurutnya, sebelum melakukan kebijakan ini, Pemkab harus melakukan proyek percontohan dulu. Sehinnga ketahuan potensinya seperti apa. Umpanya, kalau tanam tebu sekian hektar, hitungannya berapa. Seperti biaya operasional dan hasilnya serta labanya berapa. “Hal seperti ini kan masih belum diteliti. Lagi pula ini kan masih dalam tahapan uji coba. Jadi jangan terlalu memanfaatkan rakyat dulu,” ucapnya.
Dia menyarankan, Pemkab bisa mengawali dengan proyek percontohan. Sehingga bila sudah terlihat hasil yang lebih baik dari tanam tembakau, baru bisa di sosialisasikan kepada masyarakat. Kualitas tebu di Pamekasan juga belum bisa dipastikan lebih baik dari tembakau. Apalagi harus bersaing dengan hasil tebu di Jawa, yang mayoritas sudah terbiasa dengan tenaman itu. Untuk produktivitas dan volume, dia yakin tebu Pamekasan akan kalah dengan tebu-tebu dari daerah Jawa. Dari sisi kualitas, ia juga meragukan bisa bersaing dengan wilayah Jawa mengingat struktur tanah Pamekasan yang kering, kurang cocok untuk tanaman tebu.
(A. FAUZI M/RAH)