PAMEKASAN – Tim SAR gabungan dari unsur TNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, dan Syahbandar Pelabuhan Branta akhirnya menghentikan pencarian nelayan hilang, Senin, sekitar pukul 17.00 WIB.
“Kami sengaja menghentikan sementara pencarian nelayan yang hilang ini karena kondisi sudah gelap,” kata Tim Penyidik Syahbandar Pelabuhan Branta, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan, Agus Dwi Suryatno.
Selain karena suasana gelap, yang juga menjadi pertimbangan tim untuk menghentikan pencarian adalah ombak besar dan angin kencang. “Di samping itu, kami juga telah kecapean karena sejak pagi hingga sore tadi anginnya sangat kencang,” terang dia.
Ia menjelaskan penghentian pencarian nelayan hilang asal Desa Branta Tingggi bernama Bustami warga Desa Branta Tinggi, Kecamatan Tlanakan, Pamekasan, ini hanya sementara, dan akan dilanjutkan lagi, Selasa (7/4) pagi.
Pencarian korban nelayan hilang itu difokuskan di sekitar sumur gas milik PT Santos Sampang, karena berdasarkan informasi yang disampaikan nelayan yang pertama kali menemukan perahu korban tidak jauh dari lokasi pengeboran.
Di samping itu, berdasarkan keterangan pihak keluarga, korban memang pamit hendak menangkap ikan di sekitar perairan Pantai Camplong, tak jauh dari pengeboran sumur milik PT Santos.
Pada Minggu (5/4) sekitar pukul 10.00 WIB, Nelayan Bustami melaut, lalu pada pukul 22.30 WIB nelayan lain bernama Moh Anwar melihat ada perahu yang berputar-putar dengan kondisi mesin masih hidup di perairan Branta, Kecamatan Tlanakan.
Setelah didekati, ternyata perahu itu tanpa awak dan diketahui perahu milik Bustami. Atas temuan itu, Anwar selanjutnya menghubungi Kades Branta Tinggi memberitahukan temuannya tersebut.
Selanjutnya pada sekitar pukul 23.00 WIB, Kades Branta Tinggi bersama masyarakat sekitar 20 orang dengan menggunakan dua perahu tradisional melakukan pencarian. Pencarian dilakukan di sekitar lokasi pertama kali ditemukannya perahu itu dan menelusuri sepanjang pesisir Desa Branta, namun tidak ditemukan.
(ANT/AZIZ/RAH)