PROBOLINGGO, koranmadura.com – Peternak di wilayah Kabupaten Probolinggo meminta kepada pemerintah agar tidak mengandalkan sapi potong impor dari luar negeri. Karena dengan adanya impor maka peternak dalam negeri akan mengalami dampak yang serius. Sebab harga sapi impor sangat mempengaruhi pasar akibat ada selisih lebih murah dari sapi lokal.
“Saya minta pemerintah bisa mempertahankan peternak sapi lokal. Tinggal pemerintah bisa meningkatkan bagaimana kuantitas sapi lokal bisa berkembang,” pinta Arman, peternak sapi lokal di Desa Banyuanyar Kecematan Banyuanyar Kabupaten Probolinggo, kepada wartawan, Minggu (28/6).
Ia menjelaskan, dirinya banyak memelihara sapi untuk penggemukan. Beberapa bulan kemarin pasaran sapi mengalami kemerosotan. Yang paling parah lagi dalam enam bulan pemiliharaan peternak banyak yang tidak mendapatkan hasil.“Harganya tetap seperti harga pembelian sebelum pemeliharaan. Jadi peternak tidak mendapatkan keuntungan,”ucapnya.
Biasanya dalam jangan waktu enam bulan, kata dia, peternak akan mendapatkan keutungan rata-rata empat puluh hingga lima puluh persen dari harga pembelian sebelumnya. Untuk harga sapi pembelian 8 juta kalau dirawat dengan baik akan mencapai harga Rp 10-12 juta.
“Jadi peternak terpaksa menjual sapinya pada bulan puasa ini. Kalau terpaksa dijual sebelumnya maka peternak tidak mendapatkan upah pemeliharaan,” jelas Arman.
Beberapa bulan kemarin sebelum bulan puasa harga jual sapi potong cenderung menurun. Namun, pada pertengahan bulan ini permintaan sapi potong di beberapa daerah mengalami peningkatan.”Kenaikan permintaan tersebut mencapai 50 persen dari sebelumnya,”terangnya.
Robit (45), salah satu pedagang sapi asal Desa Banyuanyar Kecamatan Banyuanyar Kebaupaten Probolinggo, mengatakan harga jual sapi sapi potong meningkat dibandingkan dengan bulan terakhir. Banyak pemilik sapi yang menilai bulan puasa sangat menguntungkan kepada para peternak.
“Kalau dua bulan kemarin harga sapi tergolong murah dan banyak peternak yang mengalami kerugian karena tidak mendapatkan keuntungan dalam pemiliharaannya,” katanya.
Ia menjelaskan, untuk sapi siap potong harga sebelumnya hanya berkisar Rp 10 juta saat ini mengalami kenaikan mencapai Rp 12 juta rupiah. Sehingga peternak yang sebelumnya tidak menjual sapinya kebanyakan mulai dijualnya.
Kenaikan harga tersebut dinilai karena banyaknya permintaan sapi dari berbagai daerah. Selain itu tingginya permintaan yang tak sebanding dengan adanya stok sapi yang ada sehingga akan mempengaruhi terhadap naiknya harga.”Daerah diluar pulau jawa pun sudah banyak yang minta kiriman sapi seperti halnya Kalimantan dan Sulawesi,” papar Robit.
(MAHFUD HIDAYATULLAH)