Bencana musim kemarau datang kembali, Memasuki musim kemarau Juni-Agustus 2015, ada beberapa daerah di Jawa Timur yang mengalami kekeringan, hingga awal Juni 2015 tercatat 248,2 hektare tanaman padi di Provinsi paling timur di pulau Jawa mengalami gagal panen atau puso, disebabkan tidak adanya air yang menyirami pertanian.
Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Jawa Timur mencatat, dari 38 kabupaten dan kota, sedikitnya ada tiga daerah yang paling parah terdampak puso, yakni Kabupaten Bojonegoro (135 hektare), Lamongan (80 hektare), dan Magetan (33 hektare).Secara total, ada tujuh daerah yang sudah menyatakan status kekeringan lahan pertanian. Daerah-daerah tersebut adalah Kabupaten Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik, Magetan, Pamekasan, dan Sampang.
Bencana kemarau inilah yang mengakibatkan banyak lahan tanah mengalami kekeringan. Biasanya musim kemarau atau musim kering adalah musim yang terjadi di daerah tropis yang dipengaruhi oleh sistem muson. Untuk dapat disebut musim kemarau, curah hujan per bulan harus di bawah 60 mm per bulan (atau 20 mm per dasarian) selama tiga dasarian berturut-turut. Musim kemarau adalah pasangan dari musim penghujan dalam wilayah dwimusim.
Berdasarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi badai bencana musim kemarau bisa menyebabkan musim kekeringan yang sangat panjang dan itu bakal menghampiri seluruh daerah di Indonesia pada Juli-Agustus 2015. Lahan pertanian di Tanah Air yang dilanda kekeringan mencapai 200 hektar tiap tahun termasuk di daerah Provinsi Jawa Timur.
Pada musim kemarau ada dua bencana yang perlu diwaspadai oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik, Pamekasan dan Sampang diantara nya adalah bencana kebakaran hutan dan bencana kekeringan. Bencana kebakaran hutan harus juga perlu diperhatikan karena juga sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, karena kebakaran hutan asapnya juga sangat membahayakan dan juga bisa saja api nya menjalar sampai ke rumah warga dan tenyata kebakaran kembali terjadi dan menghanguskan rumah warga, khususnya di daerah yang deket hutan di Jawa Timur.
Sementara itu, bencana kekeringan ini juga akan mengakibatkan masayarakat mengalami kesulitan dalam mencari air bersih. Krisis air bersih terjadi di Kabupaten Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik, Pamekasan dan Sampang, yang banyak puluhan waduk mulai krisis, air sumur makin sedikit mengeluarkan air. Meskipun ada air nya tapi masih sedikit dan mengering tanahnya disebabkan tidak turun hujan di antara embung yang mengalami krisis air bersih. Di tengah musim kemarau saat ini waduk atau Embung-embung itu harus mendapatkan perhatian dan perawatan dari pemerintah daerah sebagai sumber matai air yang bisa untuk membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari dan juga untuk kebutuhan air bagi pertaniaan dan perkebunan, untuk bercocok tanam.
Krisis air bersih juga berdampak pada manusia. Jika tidak ada air bersih maka segala macam bentuk penyakit akan datang dan ini yang harus diwaspadai oleh masyarakat Jawa Timur. Air bersih sangat penting sekali bagi kehidupan manusia seperti untuk minum, untuk mandi, Jika manusia kurang minum pun akan bisa menyebabkan dehidrasi yang berakibat fatal pada diri manusia.
Thales –filosof Yunani abad ke 7 Sebelum Masehi—menyebut air sebagai asas kehidupan. Thales beranggapan bahwa sumber dari segala sesuatu adalah air. Air yang cair itu adalah pangkal, pokok, dan dasar (principle) segala-galanya. Air adalah dasar kehidupan. Air adalah salah satu eleman penting yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia,
Thales pun mengatakan bahwa air juga merupakan sumber kehidupan bagi tumbuh-tumbuhan misalnya tumbuhan padi, tebu, dan sayur-sayura, tanaman itu juga membutuhkan air untuk kelangsungan hidup tumbuhan dan bahkan hewan pun membutuhkan air demi proses pertumbuhan agar menjadi lebih sehat. Air adalah segalanya untuk kehidupan yang ada di dunia ini. Karena itu, keberadaan air sangat penting sekali bagi kehidupan ini.
Ada beberapa faktor cara untuk mengatasi esbencana musim kemarau. Pertama, dengan cara memberikan dropping air dengan mobil tangki, Yang paling diutamakan sudah seharusnya untuk daerah-daerah yang tidak memiliki mobil tangki dan juga daerah yang paling rawan mengalami kekeringan sudah harus dipetakan oleh BPBD Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik, Ngawi, Magetan, Pamekasan dan Sampang. Maka dari itu harus ada upaya meningkatkan kebutuhan air produksinya lebih banyak untuk mengantisipasi sejak dini. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di Kabupaten Bojonegoro, Tuban, Gresik, Ngawi , Pamekasan dan Sampang harus lebih banyak menambah jumlah produksi air untuk menyiapkan bantuan air bersih kepada masyarakat yang daerahnya mengalami kekeringan.
Masalah kekeringan ini merupakan masalah tahunan yang selalu dihadapi oleh warga daerah di Jawa Timur pada musim kemarau saat ini. Karena itu, pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam hal ini terkait Badan Penanggulanangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik, Magetan, Pamekasan dan Sampang harus saling bahu membahu untuk memberikan bantuan air bersih dan air untuk menanam padi agar sawah tidak mengalami kekeringan.
Kedua, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Ngawi, Magetan juga harus selalu siap siaga memantau daerah-daerah hutan yang rawan sekali terjadi kebakaran. Pemantauan harus semakin ditingkatkan dan disiplin. Sebab apa, kebakaran hutan juga berdampak pada kerusakan lingkungan yang juga berimplikasi pada manusia.
Karena itu, pemerintah daerah Provinsi Jawa Timur dan pemerintah daerah harus saling bahu membahu dan tolong menolong untuk memberikan bantuan dan memperhatikan nasib mereka yang ditimpa bencana kebakaran hutan dan bencana kekeringan. Selain itu, BPBD Provinsi Jawa Timur sudah seharusnya bergerak lebih cepat untuk memberikan bantuannya. Semoga. [*]
Oleh: Syahrul Kirom
Peneliti dan Alumnus Pascasarjana UGM Yogyakarta