
PROBOLINGGO, koranmadura.com – Tanggal 22 Oktober ditetapkan sebagai hari santri nasional oleh pemerintah. Ini menjadi tonggak sejarah untuk pengakuan negara terhadap perjuangan para santri saat masa kemerdekaan lalu.
Meski hari santri nasional memang bukanlah hari libur layaknya hari besar lain. Namun antusiasme penetapan hari santri tersebut tetap positif. Salah satunya dimanfaatkan oleh Komunitas Sepeda Tua Indonesia (Kosti) Jawa Timur, dengan mengendarai sepeda onthel berkonvoi dengan para santri dengan mengenakan kostum unik di Ponpes Zainul Hasan Genggong, Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, Kamis (22/10).
Dengan menempuh perjalanan sepuluh kilometer dari start dan finish di Ponpes Genggong, kostum yang dikenakan peserta mirip personel tentara keamanan rakyat atau tentara nasional Indonesia era penjajahan, dan kostum unik lainnya.
Konvoi sepeda onthel bertajuk Onthel Goes To Pesantren ini, sengaja diselenggarakan oleh komunitas onthel se-Jawa Timur dan para santri Zainul Hasan Genggong, yang berjumlah ribuan peserta.
“Onthel goes to pesantren menjadi salah satu wujud kepedulian komunitas sepeda kuno terhadap hari santri nasional. Antara onthel dan santri pesantren memiliki persamaan zaman, yakni sama-sama tumbuh saat era sebelum kemerdekaan republik Indonesia,”ujar Asmoro, Ketua Komunitas Republik Onthel Sidoarjo, kepada wartawan, Kamis (22/10).
Ia mengatakan, sepeda onthel kini bukan lagi alat transportasi utama, melainkan sekedar penyaluran hobi pecinta sepeda kuno.”Saat ini, onthel menjadi koleksi antik yang berharga mewah,”tandas Asmoro.
Pengasuh Ponpes Zainul Hasan Genggong, Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, Sementara itu, Haris Damanhuri Ramli, mengaku kalau konvoi onthel goes to pesantren digelar sejak untuk memeriahkan hari santri nasional 22 Oktober, sekaligus membuka musyawarah kerja wilayah kosti jatim ke-empat.
“Kami sengaja menggelar acara ini, untuk menyongsong hari santri nasional. Selain itu agar sepeda onthel kuno, tetap menjadi budaya Jawa Timuran,”katanya.
Pihak pesantren berharap, pelestarian budaya onthel bersama kaum santri dapat kembali digelar pada tahun-tahun mendatang. “Jika budaya dilestarikan, maka jati diri bangsa pada zaman pra-kemerdekaan tetap terjaga,”papar Haris Damanhuri Ramli.
(M. HISBULLAH HUDA)