SUMENEP, koranmadura.com – Menjelang akhir tahun, serapan bantuan beras untuk warga miskin (raskin) di Kabupaten Sumenep masih minim. Sampai tahun 2015 tinggal dua bulan, raskin yang terserap baru mencapai 60 persen. Sedangkan akhir penemusan raskin maksimal tanggal 25 Desember.
Hal itu diakui oleh Kepala Bagian Perekonomian (Kabag Perekonomian) Sekretariat Kabupaten Sumenep, Mohammad Hanafi. Dia tak menampik bahwa sampai menjelang akhir tahun ini serapan raskin masih minim, yaitu 60 persen. Dengan sisa waktu sekitar dua bulan, masih ada 40 persen belum terserap.
Hanafi mengaku tidak yakin sisa raskin yang masih mencapai 40 persen itu bisa terserap semua. Pasalnya, penebusan raskin dibatasi sampai tanggal 25 Desember. “Penebusan itu dibatasi biasanya sampai tanggal 25 Desember,” paparnya, Rabu (28/10) ditemui di kantor dinasnya.
Hanafi menambahkan, jika sampai batas akhir serapan raskin betul-betul tidak mencapai 100 persen, maka dipastikan sisanya akan hangus. Karena penebusan raskin itu tidak bisa dilakukan pada tahun selanjutnya. “Bisa hangus kalau tidak ditebus sampai akhir tahun,” jelasnya.
Dia juga menjelaskan, untuk bulan Oktober ini masih sebagian kecamatan yang melakukan penebusan terhadap raskin dari Gudang Bulog di Kalianget. Bahkan, sambungnya, beberapa bulan sebelumnya, seperti September dan Agustus, dari sebanyak 27 kecamatan masih juga ada yang belum menebusnya.
Dikonfirmasi soal Kecamatan Dungkek, sebagai satu-satunya kecamatan yang paling minim penebusan raskinnya, menurut dia saat ini kecamatan tersebut sudah melakukan penebusan, meski masih sangat minim dibanding kecamatan lainnya. “Sudah mulai menebus. Sepertinya sudah sampai April,” sambungnya.
Salah satu faktor minimnya raskin itu, menurut dia, karena adanya kebijakan dari Bulog yang menghapus sistem modal jaminan (MJ). Sementara, di saat bersamaan pemerintah kabupaten tidak mampu menalangi penebusan raskin karena keterbatasan anggaran. Mengingat anggaran yang dibutuhkan cukup besar.
Faktor lainnya juga berkaitan dengan stok beras. Menurut dia, stok beras di Gudang Bulog baru normal sejak bulan Mei. “Sehingga ke belakang, menjadi kendala juga bagi (kepala) desa untuk menebus. Karena sebelumnya sudah menumpuk. Desa butuh modal banyak untuk menebus semuanya,” pungkasnya.
(FATHOL ALIF/MK)