
PROBOLINGGO, koranmadura.com – Mungkin anda harus lebih hati-hati. Salah satunya jangan suka melakukan tindakan keliru jika tidak ada bukti yang jelas. Sebab, akibatnya bisa fatal. Seperti kejadian pemukulan yang di duga dilakukan oleh salah seorang warga desa Tunggak Cerme, Kecamatan Wonomerto Kabupaten Probolinggo.
Pria bernama KN (25), di duga memukul MW (25) asal Desa Mentor Kecamatan Sumberasih Kabupaten Probolinggo, yang tak lain tunangannya. Akibat pemukulan tersebut, korban tak sadarkan diri dan harus dilarikan ke RSUD Dr. Moh. Saleh Kota Probolinggo, untuk mendapatkan perawatan intensif.
Menurut keterangan yang didapat dari VA (12) adik sepupu korban, kejadian bermula saat korban diajak silaturrohim kerumahnya, Jum’at (30/10) sore. Karena tidak mau masuk kerumah, lantas keduanya saling cekcok.
“Merasa tidak terima, korban langsung dipukul oleh tunangannya dengan sebilah kayu.
Akibat kuatnya pukulan, sebagian lengan, bahu dan kepala mengalami luka. Seketika itu. kakak saya langsung dilarikan ke RSUD Dr. Moh Saleh Kota Probolinggo, untuk mendapatkan perwatan intensif,”katanya, kepada wartawan, saat menunggu korban di ruang ICCU, Minggu (1/11).
Pengakuan juga tidak hanya datang dari sepupu korban, WN (35) paman korban, mengaku korban harus dirawat intensif di RSUD Dr. Moh Saleh Kota Probolinggo, di duga akibat dipukul oleh tunangannya sendiri.
Pasca kejadian tersebut, pihak keluarga berkeinginan menyelesaikan secara kekeluargaan peristiwa tersebut. Namun, penyelesaian tak berujung akhirnya pihak keluarga korban langsung melaporkan ke Mapolres Polres Probolinggo Kota.
“Hasilnya, laporan sudah ditindak lanjuti. Keluarga diminta bersabar, sambil menunggu kondisi korban sadar. Kami sekeluarga bukan kecewa terhadap lambannya penanganan kasus ini, tapi pihak kepolisian berjanji segera menyelesikan kasus ini. Terlebih, pelaku miminta kepada saksi agar jangan bilang bahwa korban dipukuli tapi akibat mengalami kecelakaan,” tandasnya.
Di tempat terpisah, penanggung jawab Ruang ICCU, RSUD Dr. Moh Saleh, dr. Bambang Soekotjo, mengatakan saat kondisi korban membutuhkan penanganan dari tim dokter. Terlebih lagi, kondisi kesadaran korban masih minim yang seharusnya 15 menjadi 12 sehingga harus dilakukan operasi.
“Operasi segera dilakukan, sambil menunggu kondisi korban dalam keadaan normal karena mengalami pendarahan di leher dan dahi. Sebanyak 20 jahitan dibelakang leher,”ujarnya.
Menurutnya, operasi dilakukan Jum’at (30/10) malam, dari pukul 22.00 WIB sampai 23.30 WIB. Kemudian setelah operasi dilaksanakan, korban tak sadarkan diri karena reaksi obat bius dan harus mendapat perawatan serta dilakukan observasi di ruang ICCU.
“Sekitar pukul 05.30 korban mulai sadar dan merasa lapar. Meski dinilai sadar, kami minta untuk tetap di ruang ICCU agar mudah dilakukan observasi. Insyallah, besuk bisa pindah ke ruang perawatan,” papar dr. Bambang Soekotjo.
(M. HISBULLAH HUDA)