
PROBOLINGGO, koranmadura.com – Aktivitas Gunung Bromo cenderung naik, dan statusnya masih dalam level waspada. Namun, selama tiga hari sempat terjadi hujan abu tipis sekitar pukul 23.00 WIB sampai 24.00 WIB. Rata-rata terjadi malam menjelang dini hari dengan arah angin tak beraturan.
Lokasi hujan abu di Dusun Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura. Karena arah angin tak beraturan pada malam hari, meski demikian warga dan pengunjung diminta tidak mendekati kawah dengan radius satu kilometer.
“Dari data seismograph, gempa tremor menerus dengan amplitudo maksimal 0,5 mili meter dan mendatar 6 milimeter. Hingga saat ini aktivitas bromo masih dalam level waspada,” ujar Kepala Pos Pantau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Pos Pengamatan (PVMBG) Gunung Api Bromo, di Cemoro Lawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukupura, Kabupaten Probolinggo, Subahan, kepada wartawan, Kamis (26/11).
Subahan mengatakan, situasi perjalanan telah terjadi hujan abu vulkanik tipis selama tiga hari dengan radius 3-4 kilometer dari bibir kawah. Kondisi terakhir status Gunung Bromo waspada dengan ketinggian 50-150 tipe sedang dengan gempa tremor 0,5 milimeter mendatar 6 milimeter.
“Kami menghimbau pengunjung tidak naik ke kawah dengan radius lima satu kilometer,”tandasnya.
Menurutnya, kondisi ketika malam hari arah angin berhembus mengarah ke timur laut.”Kita ikuti dinamika aktivitas Gunung Bromo kedepan. Karena peningkatan aktivitas sebenarnya bahaya tapi biasa. Untuk menghindari hujan debu, disarankan pengunjung memakai masker dan kacamata,”kata Subahan.
Subahan juga menunjukkan data erupsi Gunung Bromo, periode sebelumnya. Terakhir pada November 2010 hingga Juni 2011, setelah masa istirahat selama enam tahun sebelumnya pada tahun 2004. Sebelum mengalami peningkatan kegiatan, status Gunung Bromo berada pada level waspada dengan kegiatan sehari-hari yang ditunjukkan berupa hembusan asap solfatara dari dalam kawah.
Peningkatan kegiatan Gunung Bromo dimulai awal November 2010 yang ditandai dengan peningkatan Gempa Vulkanik dalam dan dangkal. Pada tanggal 23 November 2010 statusnya dinaikan menjadi siaga dan kemudian pada hari itu juga statusnya naik ke level paling tinggi yaitu awas.
Status Gunung Bromo kemudian diturunkan menjadi siaga pada taggal 6 Desember 2010 dan menjadi waspada pada tanggal 13 Juni 2010.
“Erupsi ini mempunyai kemiripan dengan erupsi terdahulu yang terjadi tahun 1972, dimana erupsi berlangsung selam sebilan belas hari dari 26 Januari hingga 13 Februari dengan hujan abu yang terjadi secara terus menerus selam periode tersebut,”terangnya.
Tak hanya itu, rangkaian erupsi sejak 23 Nopember 2010 dimulai dengan terjadinya erupsi featik yang terjadi secara terus menerus di dominasi Abu Vulkanik. Intensitas letusan semakin membesar, dan sejak 19 Desember 2010 erupsi menghasilkan berukuran abu hingga lapili dengan kolom erupsi mencapai ketinggian 1.500 meter diatas bibir kawah.
Kemudian produk erupsi berupa lontaran material pijar mulai teramati pada 22 Desember 2010. Kegiatan erupsi magmatik mulai mendominasi sejak saat itu. Tipe erupsi cenderung bersifat vulkanian-strombilian yang sering diiringi suara gemuruh dan dentuman. Ketinggian maksimum lontaran lava pijar mencapai 400 meter dan sejauh 500 meter dari bibir kawah.
Sedangkan pada 8 Juni 2014, pukul 15.26 WIB letusan freatik secara tiba-tiba tanpa diawali munculnya gempa vulkanik tipe A dengan jumlah yang signifikan.Material letusan berupa lontaran batu dan abu dengan ketinggian tiang letusan mencapai 3.000 meter dari bibir kawah. Lontaran batu berjatuhan disekitar bibir kawah dengan radius kurang dari 300 meter.
Letusan terjadi singkat selama dua puluh menit. Pukul 16.05 WIB, secara fisual tampak asap putih kelabu tekanan lemah dengan ketinggian kolom asap berkisar antara sepuluh meter hingga dua puluh lima meter dari bibir kawah.
“Saat itu, Rabu, 9 Juni 2014, pukul 02.00 WIB hingga 05.00 WIB, peralatan seismograf masih mencatat gempa-gempa hembusan dengan amplituda yang semakin melemah A 3 milimeter. Akibat letusan dua orang meninggal dunia, satu orang luka-luka, dan hujan abu mecapai Kota Malang, Blitar dan Kediri,”papar Subahan.
(M. HISBULLAH HUDA)