SUMENEP, koranmadura.com– Aliansi Pemuda Sumenep yang tergabung dalam Joeng Sumenep Independen (JSI) menolak kedatangan Gubernur Jatim, Soekarwo ke Kota Sumekar pada tanggal 15 Desember mendatang. Mereka yang tergabung dalam JSI itu adalah Laksamuda, KMS, PAGUDA, FMD, FKBB, FKR dan para komunitas pemuda lainnya.
Menurut mereka, kedatangan orang nomor satu di Jawa Timur itu tidak akan memberikan dampak apa-apa terhadap kesejahteraan rakyat Madura secara umum, dan Sumenep secara khusus. Terbukti, sejak pria yang akrab di panggil Pak De Karwo itu selama dua periode memimpin Jatim, Madura hanya berkembang biak dalam asbak, apalagi Sumenep, terkesan dianaktirikan.
“Inilah salah satu alasan kenapa para pemuda Sumenep menolak kedatangan Soekarwo. Sebab saat ia jadi Gubernur malah membuat rakyat Madura sengsara. Migas tidak diurus dengan baik. Sehingga Sumenep sebagai lumbung migas tidak mendapat apa-apa, bahkan hanya menjadi penonton saja. Oleh karena itu, jangan mencari muka datang dengan alasan memperbaiki pengelolaan keuangan,” tegas Ferli, Ketua Joeng Sumenep Independen kepada Koran Madura.
Ketua Kaukus Mahasiswa Sumekar (KMS), Ahmad Zainullah juga menyatakan hal yang sama. “Jika mau datang, berbuat dulu untuk membangun Madura yang lebih maju dan bermantabat. Masak sampai saat ini Madura tidak maju. Padahal sudah dua periode jadi Gubernur, apa yang dilakukannya, duduk manis atau malah jalan-jalan. Mohon maaf, kami tidak suka pada Gubernur yang lebay,” jelas Zen.
Ketua Paguda juga angkat bicara soal kedatangan Karwo. Menurutnya, selain ia menganaktirikan Sumenep sebagai lumbung migas, kedatangannya ke Kabupaten paling timur di Madura itu tidak tepat. “Kan Sumenep baru usai melaksanakan pesta demokrasi, belum kondusif, malah mau datang. Kenapa tidak ditempat lain, misal di Pamekasan, Sampang ataupun Bangkalan. Kenapa harus di Sumenep? Ada apa? Tolong jangan suka buat sensasi Pak Gubernur,” kata Faidi, Sekjen Paguda
Senada dengan Feri Hartanto Setiawan. Menurutnya, boleh datang, katanya, asalkan kekayaan itu dikembalikan ke Madura, bukan mengalir ke Provinsi. “Jadi, kalau kekayaan itu dikembalikan ke Madura dan memartabatkan Madura, yang lain pasti akan makmur juga. Madura ini kaya, tapi tetap miskin. Kenapa? Karena Gubernurnya dhalim. Jika kedatanan Soekarwo sama saja dengan SBY, maka urungkan saja niatnya untuk datang ke Sumenep. Agar Sumenep tidak sibuk mengurus orang yang tak berbuat untuk kemajuan Sumenep,” tegasnya.
Sirajuddin, Ketua Front Mahasiswa Demokrasi (FMD) menambahkan bahwa masyarakat Madura tidak mau lagi dibodohi oleh Provinisi. “Jika Karwo masih ngotot datang, maka jangan salah kami jika kedatangannya mengundang reaksi keras dan disambut dengan demo,” jelas Siroj. (AL/SYM)