Hanya-Nya
meratapi batas jiwa yang tiba-tiba retas
desau dauh resah
desau ranting patah
desau hati gelisah
mengadukan kekalahan ini
apakah pada seonggok puisi
apakah kitab suci nan murni
apakah meratapi air dan api
hanya-Nya!
kukembalikan ini
kukembalikan sepi
kukembalikan sunyi
Kuteriakkan
mati!
Ritual Puisi
tubuh yang lebuh dibakar kata-kata
bertungku makna menanak puisi
mata penyair pedih
nelangsa asap dan air mata
menggantang asa ditiap gelegaknya
begitu getirkah?
prosesi membakar kesucian
menyuling air kemurnian
hingga semua luruh
hangus terpaku jatuh!
Formula Kata
setiap pendaratanku membentur gua
terperosok ke dalamnya
tak sempat mengaduh
tak sempat merapuh
camar meringkik beku
saat tengah malam berseru semu
“berangkatlah ke dalam suntuk kata-kata”
dan setiap penerbanganku mendampar tanya
“kata apa, yang di dalamnya terselubung makna?”
Jerit Kematian
jerit asoka sampai juga terdengar ke telinganya
meruntuh tebing dengan taring-taring
setiap helainya masih tersisa sebercak darah
sisa peperangan menghalau segala kenangan
terbaring di depan pintu berlapis mozaik
seketika pecah
tercabik!
Oleh: Muhammad Husein Heikal
Lahir di Medan, 11 Januari 1997. Menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara. Selain menulis puisi, ia juga menulis cerpen, esai dan opini yang termuat diberbagai media cetak maupun online.