Bicara Waktu
Waktu yang manis
Sedangkan waktu tak kunjung mendarat
ia asik bersembunyi di dinginnya bakau yang mulai mengering
aku sempat menghisapnya sekali
saat itu ia lekas pergi tanpa menyentuh dasar paru-paruku
tak sehelaipun, hanya lewat dan setelahnya ia hilang
terbawa angin yang mulai ragu
apakah waktu dapat dijamahinya
Sedangkan waktu tak kunjung mendarat
selepas ia hilang entah ke bagian bumi yang mana
seketika ia hadir kembali
membawa kabar yang tak layak kudengar
ia bercerita tentang waktu yang mempertemukanku pada perpisahan
selepas itu badai datang menghapus waktu
sedangkan waktu, mungkin ia teramat manis jika dibicarakan
apalagi perpisahan, perkara waktu yang tak dapat dikatakan
Angka Ketiga Belas
Sebentar lagi akan kutemui waktu
ia yang berkutat pada perputaran dua puluh empat jam
dengan angka yang hanya dipatok hingga angka dua belas
mungkin perlu kusisipkan angka ketiga belas agar ia teramat manis
manis seperti sedia kala kau temuiku di rumahmu bernomor tiga belas
kau yang manis bersandar pada tawa kecil
kau yang termat lugu bersandar pada tubuh mungilmu
atau kau yang cakap dengan celotehmu yang teramat banyak
namun waktu, ia berhenti pada angka kedua belas
sedangkan di mana aku dapat menemuimu
kusisiri angka-angka yang dibentuk melingkar itu
namun tak kutemui kau di sana
Kupikir harus kusisipkan angka ketiga belas
agar raut wajahmu tercatat jelas pada waktu
hingga ia akan terus terkenang pada perputarannya
sampai pada dalamnya waktu ia akan tetap tercatat
dan tetap manis semanis waktu yang akan melaluimu
Oleh: Achmad Fathoni
Aktif menulis puisi dan karya sastra lainnya. Aktif sebagai anggota di Unit Kegiatan Mahasiswa Penulis Universitas Negeri Malang serta Lembaga Pers Mahasiswa SIAR.