Jalan Setapak
kabarkanlah pada desaku
tentang angin
yang selalu meniup rindu
pada bentangan sawah
dan rerumputan kering
juga gunung yang elok
aku merindunya
pada kerikil yang liar
kakiku telah kekar
mengikat tangkai luka
yang kerap memar
oleh lekukan jalan
di antara tepi ladangku
betapa
kanak-kanak selalu bernyanyi
dengan lagu sumbang
dan suara yang tak tentu
tanpa baju
dan kaki-kaki yang telanjang
kabarkanlah pada desaku
betapa
tubuhku kelu
tanpa embun
yang menetas dari batu-batu rindu
di bawah genangan matahari
dan pagi begitu durja
Jakarta, Mei 2015
Ziarah Rindu
Aku berziarah
Pada rindu yang semakin jauh
Ia menjadi musim
Seperti matamu
Selalu semi di mataku
Pada daun yang jatuh
Aku bertanya
Pernahkan kau membaca
Saat kemarau menulis rindu
Menjadi sabit
Dan mengering
Aku berziarah
Pada rindu yang berteduh
Di bawah alismu
Yang kueja saat kemarau menjadi sendu
Dan aku melebur
Pada musim yang berkelana
Menjadi lempengan waktu
Mengikuti angin
Yang membuainya
Lalu pulang
Pada rumah yang kita bangun
Aku berziarah
Pada rindu yang menjadi derai
Ia adalah doa yang kubaca
Dan kugenggam
Menjadi wajahmu, Ibu.
Hotel Mirah, Bogor, 131014
Oleh: MH Kholis
Lahir di Pamekasan, Madura. Alumnus Pondok Pesantren Banyuanyar Pamekasan. Pegiat sastra di Komunitas Ranggon Sastra Jakarta. Menulis puisi, cerpen, esai, ulasan, dan jurnal.