
Penulis : Prof. Dr. Abdul Hadi W.M
Penerbit : IRCiSoD, Yogyakarta
Cetakan : 1, April 2016
Tebal : 444 halaman
ISBN : 978-602-279-205-5
Islam lahir dengan wajah budaya yang memesona. Ronanya memancar dari beragam segmen keilmuan: seni, musik, sastra, filsafat, kedokteran, ilmu alam dan semuanya.
Islam pernah mempunyai masa keemasan yang berpusat di Baghdad berkisar pada tahun 750-1258 M. Pada masa ini banyak filsuf dan ilmuan bermunculan yang banyak berkontribusi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Al-Kindi, Ibn Rusyd, Ibn SIna adalah salah satu ilmuan dan filsuf yang lahir pada masa itu.
Setelah kejayaan itu runtuh mentalitas umat Islam ikut runtuh. Keadaan itu membuat Islam seakan inferior di masa modern. Para cendikiawan Islam lebih percaya diri merujuk literatur Barat, ada pula yang ekstrem—menolak yang datang dari Barat.
Abdul Hadi, sastrawan Indonesia yang intens di bidang sastra sufistik. Ia menulis buku Cakrawala Budaya Islam —berisi puluhan esai tentang sejarah, estetika, seni dan musik Islam merupakan sebuah usaha membangkitkan mentalitas superior cendikiawan muslim khususnya muslim Indonesia.
Pada satu artikel dalam buku ini, Abdul Hadi menulis seorang seorang Goethe, penulis Jerman yang hidup di pertengahan abad ke-18. Sejak masih muda Goethe sudah menanamkan cintanya pada kesusastraan (kebudayaan) Islam. Ia banyak belajar dari penyair-penyair Persi semisal Hafiz, Fariruddin Attar, Sa’di al-Syirazi, Firdausi dan lainnya (hlm. 66).
Abdul Hadi juga menulis tentang Masnawi Jalaluddin Rumi. Betapa karya tersebut bukan sekedar untaian syair-syair romantik, tetapi juga tentang sufisme dan kearifan. Sebuah karya yang dapat kita gali tentang rahasia-rahasia dalam mencari yang Mutlak, yang Kekal (hlm. 130).
Satu hal yang disadari Abdul Hadi, bahwa menumbuhkan kesadaran akan kesusastraan Indonesia yang bernapaskan Islam bukan perkara mudah. Banyak tantangan yang berdatangan, baik dari luar maupun dari dalam: mentalitas dan minat. Di samping memang kurangnya apresiasi umat serta pemimpin terhadap sastra (hlm. 192).
Sikap apatis tersebut sangat disayangkan oleh Abdul Hadi mengingat nilai Islam yang melekat dalam sastra (kebudayaan) Indonesia mempunyai peran signifikan dalam perkembangan keilmuan. Kebudayaan Islam yang masuk memulai lahirnya peradaban Indonesia. Islam yang datang tidak hanya mendoktrin ideologi agama, melainkan (juga) mengajarkan banyak hal dan masuk ke dalam segala hal.
Seperti harapan Abdul Hadi, buku yang berisi esai tentang hikmah, seni, estetika dan sejarah Islam ini dapat memberi kesegaran tersendiri. Atau setidaknya menjadi pemantik akan lahirnya penelitian lanjutan di tengah gersangnya tulisan tentang tema tersebut. [*]
Oleh: Muhammad Rasyidi
Penggerak kajian sufisme di Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.