Kunjungan Sapardi
: buat Sapardi Joko Damono
Datang jua, dirimu yang renta
Penyair tua terbata-bata
Menatih kata: setia
Ah, bahkan kota basah menyambutmu
Barangkali terenyuh menatap matamu
Mata kelabu, mata penyair
Setia menenung kata: cinta
Datang jua, dirimu yang fana
Walau tak tegak lantangmu tetap lagak
Seolah tak hendak, dikatakan tua
Selamat datang Sapardi!
Inilah kota darah pertama
Charil mengalirkan luka
Bagi sajak-sajaknya
Semoga kau sedia khidmat sejenak
Meresapi aroma yang akan lekat
Dalam ingat: senantiasa
Merasuk Sukma
sesungguhnya telah ku ukir lekuk
namamu pada tiap ujung jiwaku
makin membiru dalam putaran arus
waktu demi waktu
perpisahan kita tak tercatat
hanya menyisakan sepotong nyeri
yang menggigil tiap hari
mengentalkan rindu dalam sukma
hingga semua terkesima
Ketika Purnama Lekang
kelam makin mengentalkan malam
mengantarkan jiwa-jiwa hampa
keruang-ruang lengang
tempat ruh istirah
tiba-tiba kita berkaca-kaca
bercerita tentang air mata
malam makin menghanyutkan
kelam yang kian menikam
Di Bawah Desau Dedaunan
Dalam dirimu aku menanam tubuh
Yang kelak kan berbuah mata teduh
Nantinya ia ‘kan mengalirkan kebaikan
Antara yang haq dan yang bathil ia luruskan.
Kumandang nama-nama indah-Nya
Terdengar lagi, dari sudut-sudut kota
Yang selama ini menempa kita tak henti
Berbicara tentang dunia dan isinya saja.
Akan kita saksikan ia melafaz hikmah
Dalam getar ucapanmu lembutnya
Menghanyutkan jiwa-jiwa hampa kembali
Mengalir dari hulu ke hilir.
Oleh: Muhammad Husein Heikal
Lahir di Medan, 11 Januari 1997. Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara. Selain menulis puisi, ia juga menulis esai, cerpen dan opini yang tampil dibeberapa media cetak.