
Penulis : Amen Budiman dan Onghokham
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta
Cetakan : I, April 2016
Tebal : viii + 184 halaman
ISBN : 978-602-6208-24-8
Sumenep merupakan daerah pertama di kawasan Madura yang memiliki produsen kretek di dalamnya. Selain daerah ini, kawasan Madura hanya menjadi pasar rokok kretek bagi kawasan lain di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Dalam buku Hikayat Kretek inilah, Sumenep tercatat sebagai daerah penghasil kretek pertama di Madura. Informasi adanya produsen kretek itu sendiri diketahui masyarakat luas pada tahun 1930. Yaitu, ketika adanya perusahaan kretek di Sumenep bagian barat daya kekurangan tenaga kerja. Untuk menutupi kebutuhannya, perusahaan ini mendatangkan sejumlah tenaga kerja untuk mengolah tembakau dan cengkehnya menjadi kretek.
Lambatnya masyarakat luas mengetahui adanya perusahaan kretek di Madura waktu itu tidak lepas dari kapasitas produksi dan pemasaran kreteknya. Menurut buku ini, perkembangan perusahaan-perusahaan kretek berskala kecil di Sumenep hanya berhasil menjual produknya di daerah sekitaran saja. Sedangkan perusahaan berskala sedang, paling jauh menembus pasaran kretek di kawasan Jawa bagian pojok-timur. Hanya ada beberapa perusahaan berskala besar saja yang berhasil menjual produk-produknya hingga ke luar Jawa dan Madura (hlm.154).
Sejarah kretek di Madura memang tidak lepas dari ramainya pasaran kretek di Jawa. Sebelum tersiar adanya perusahaan kretek di Madura, di berbagai kawasan Jawa Timur sudah lebih dulu bermunculan perusahaan-perusahaan kretek yang berebut pasaran. Mulai dari perusahaan rumahan hingga perusahaan yang benar-benar menarik banyak karyawan. Tidak sedikit pula perusahaan di Jawa Timur yang sempat jaya ataupun kelas coba-coba yang tutup usia akibat lilitan kendala.
Kendala yang dihadapi perusahaan-perusahaan itu memang cukup beragam. Mulai dari tantangan menarik minat pasar rokok menuju kretek, harga cengkeh yang fluktuatif dan cenderung melejit, hingga urusan kompetisi alami antar perusahaan di berbagai kawasan Jawa bagian timur; khususnya Blitar, Kediri, dan Tulungagung (hlm.146-156).
Selain sudah ada banyaknya kompetitor di Jawa Timur, perusahaan-perusahaan di Jawa Tengah dan Yogyakarta juga turut melakukan ekspansi pemasaran produk-produk kreteknya. Walau kompetitor dari Yogyakarta dan Surakarta tergolong kecil, namun kompetitor dari Kudus tidak bisa di anggap remeh.
Dalam buku setebal 184 halaman ini, pembaca akan menemukan sejarah munculnya kretek dari Kudus hingga kawasan-kawasan lainnya di Indonesia. Selain itu semua, pembaca juga akan menemukan sejarah dan perkembangan tembakau dari berbagai benua dan negara. [*]
Oleh: MG. Sungatno
Koordinator Umum bidang Kajian di Lembah Kajian Peradaban Bangsa (LKPB) Yogyakarta