SUMENEP I koranmadura.com- Kabupaten paling timur Pulau Madura, Sumenep terdiri dari beberapa wilayah kepulauan. Salah satunya adalah Gili Iyang. Mengenai penamaan pulau ini, ada dua versi yang berkembang di tengah-tengah masyarakat sekitar.
Salah seorang sesepuh pulau tersebut, Arfan menuturkan, ada dua versi yang selama ini diyakini masyarakat sebagai awal mula penamaan pulau ini. Cerita pertama, pulau yang berada di sebelah timur kecamatan kota Dungkek ini adalah tempat pembuangan orang gila.
Gili, menurut dia awalnya berasal dari kata ghile atau gile. “Menurut cerita, pulau ini dulunya sebagai tempat pembuangan orang gila. Terkait kebenarannya, saya kurang tahu. Tapi itulah cerita yang berkembang,” tuturnya lelaki berumur 84 tahun itu.
Sementara cerita kedua, menurutnya karena pada awalnya pulau ini pada masa penjajahan, sempat dicari oleh penjajah. Hanya saja tak ditemukan karena menghilang.”Karena selalu menghilang, makanya disebut polo gili elang (pulau gili hilang) atau Gili Iyang,” jelasnya.
Pada tahun 2006 lalu, ada tim LAPAN yang melakukan penelitian di pulau ini selama tiga bulan. Berdasarkan penelitian tersebut, ternyata Gili Iyang merupakan salah satu daerah yang memiliki kadar oksigen tinggi. Bahkan tertinggi kedua di dunia setelah Jordania.
Diketahui, kadar oksigen di Gili Iyang rata-rata mencapai 21,9. Berbeda dengan di daerah lain di Kabupaten Sumenep yang memiliki kadar oksigen 17. Sehingga pulau ini diproyeksikan sebagai salah satu destinasi wisata yang luar biasa. Bahkan, menjadi ikon wisata kesehatan di Jawa Timur.
Tingginya kadar oksigen membuat populasi yang hidup di tempat ini sehat kalaupun sudah tergolong lanjut usia. Menurut Bupati Sumenep, A. Busyro Karim jumlah lansia di pulau seluas 9 kilo meter persegi lebih itu ialah 157 orang. Hal itu disampaikan dalam kunjungannya bersama Menteri Sosial RI, Khofifah Indar Parawansa, pada Senin (18/7) kemarin. (FATHOL ALIF/SOE)