Menjemput Ingatan
kemarin, kau serupa jumputan, yang diam di batas ingat
padahal kau rutin memahat, dan kulihat
seribu kenang telah kau tanam, seindah mawar, memang
dan benar, kuingat kau pernah menyiramnya,
dalam bentuk bahagia, suka yang berharga
pada aksara dan rasa
namun, kala kumemetik, tersisa hanya duri-duri kelam
berteman mendung dan hujan
mempertontonkan gigil, yang merayap pada tubuh
dihantarkan oleh gemercik rindu yang terburu tabuh
seketika menjadi abu, dan aku menjadi tua
merentah, dari kumpulan kisah-kisahnya
maka, saat itu masa lalu menjadi yang sangat lama
di antara rasa dan resah, yang kau sebut: melankolia
yang sangat parah karena berdarah (darah)
Prabumulih, 2016
Melodi
dalam melodi musik
kau akan menjadi autrium nada klasik
menghanyutkan bantin
yang memompa ingin berturbin
mengarahkanku ke atas ruang paling ruang
karena di sanalah kita akan ada
setara bincang-bincang
sebelum tualang dihentikan
tentang keinginan
tentang keindahan yang bawa sepucuk perhatian,
satu sama lain
tanpa harus berputar memilih nada lain.
dan, kutetapkan pula kau sebagai gerak
yang intim, ke atas jemari-jemari cinta
agar engkau tahu dan merasa
seberapa besar amplitude rasa yang dihasilkan
ke hati kita
saat kudengar kau telah ada, merobek sumpah
ke dalam jiwa kita
2016
Oleh: An Najmi. Berdomisili di kota kecil Prabumulih, Sumatera Selatan. Puisi-puisinya pernah dimuat di beberapa media cetak nasional ataupun online. Saat ini bergiat sebagai ketua di komunitas puisi COMPETER (Community Pena Terbang)