
Penulis : Danarto
Penerbit : DIVA Press
Cetakan : I, Agustus 2016
Tebal : 184 Halaman
ISBN : 978-602-391-223-0
Meski mengambil judul kisah kesukuan, sejatinya buku ini menyuguhkan narasi inspiratif perjalanan ibadah haji dan umrah untuk semua golongan. Meski ditulis oleh seorang Jawa, pembaca akan mampu meresapi kelezatan spiritual dari perjalanan ibadah menggenapkan rukun Islam yang ke lima. Banyak kisah-kisah yang menggelitik, menyentuh, dan menggetarkan relung keimanan. Oleh karena itu, buku ini sangat cocok untuk dibaca oleh para calon jamaah haji sebagai khazanah keilmuan dan asupan wawasan.
Di antara kisah khas yang dipotret oleh Danarto dalam buku ini ialah suasana saling berdesakan ketika menjalankan ibadah haji atau umrah. Bagi sebagian orang, hal ini memberikan rasa khawatir dan takut. Meski begitu, di Masjid Nabawi, ketakutan untuk berdesakan itu tak lagi berlaku. Semua jamaah sangat ingin merasakan kedekatan dengan Nabi Muhammad Saw. dan shalat di samping makam Rasulullah Saw. Terlebih, Masjid Nabawi merupakan tempat yang istimewa untuk berdoa. Konon, Masjid Nabawi merupakan tempat bagi para malaikat datang dan pergi membawa doa untuk diantarkan kepada Allah Swt. Berdoa di Masjid Nabawi merupakan suatu hal yang begitu bermakna.
Saya pernah terdesak habis-habisan sampai tak mampu sujud sama sekali, karena tempat saya telah dicaplok. Inilah pertama kali dalam hidup saya bertengkar dan tidak dapat sujud, rukun utama dalam shalat. Dalam keadaan ini tentu saja saya lupa akan nasihat “tutup mata, mulut, dan telinga”. Siapa tahu yang mengganggu shalat sebenarnya malaikat-malaikat. Dalam kondisi berdesakan itu, maut mengintip. Pernah satu waktu kami menshalatkan 4 jenazah sekaligus. Suhu yang menyengat pun tidak tanggung-tanggung, sekitar 40 hingga 50 derajat Celcius (hlm. 34).
Ujian perjalanan haji dan umrah begitu berat, namun kaya akan hikmah dan kebahagiaan batin. Ketika berada di depan Ka’bah misalnya, para jamaah yang bermata tajam sering melihat bahwa yang bertawaf tak hanya manusia, namun juga jin dan malaikat. Konon, malaikat dan jin yang bertawaf ibarat cahaya-cahaya yang melintas. Di depan Ka’bah, beragam keajaiban sering terjadi.
Dengan gaya penuturan yang mengalir, ringan, dan santai mengenai catatan perjalanan umrah dan ziarah ke wilayah perjuangan nabi terdahulu, diharapkan pembaca dari semua etnik dapat memahami seluk-beluk perjalanan haji, lengkap dengan gambaran akan nuansa psiko-spiritualnya. Selamat membaca. [*]
Oleh: Nurul Lathiffah
Alumnus Psikologi UIN Yogyakarta