Sesayat Sunyi
setiap turun hujan lebat buru-buru sesayat sunyi kaukalungkan ke leherku
sesayat sunyi yang tipis memanjang serupa sembilu
dan kau tersenyum matamu berbinar ketika sesayat sunyi
menjelma gumpalan cintaku padamu
menyala dan membakarmu!
Melarung Kenangan
“siapa pun bisa membungkam mulutku, tapi tidak kata-hatiku” jerit lelaki laut
yang berumah di atas gundukan karang, ia pun berseluncur dengan sampannya
membelah-belah selat, melarungkan seluruh kenangan
“aku larung juga senja yang rapuh, serpih sembilu jingga”
laut memainkan ombak, serombongan camar melintas di atas sampan
ia mendongak, matanya berkaca-kaca.
Senjamu
aku tidak mudah menyukai senjamu, chin
senja ibuku begitu memabukkanku
hingga bertahun-tahun menderas airmataku
membasahi kubur ibu yang jauh
yang entah kapan aku bisa menziarahinya!
Sekadar Kau Tahu
aku selalu mengatakan kepadamu
lupakanlah seluruh jejak kita di pasir laut
bila engkau harus pergi, pergilah sejauh-jauhnya
jangan kaudatang lagi ke selat-lautku bila
hanya untuk berbagi lara hatimu
aku sudah sangat terbiasa membelah gelombang
mengelus runcing karang sendirian
: sekadar kau tahu; desah napasku hanya laut, matahari dan puisi!
Bukan Aku Tak Mau Berperahu
bukan aku tak mau berperahu ke tanjung baron bersamamu, chin
tapi sang-waktu telah menentukan aku harus menyisir pantai barat
dari nusakambangan hingga ke pantai sindang barang cianjur
kukira waktu lain bisa kita berperahu ke mana saja yang kaumau
ke cimiring ke ketawang ke karangwuni ke samas ke tanjung sadeng
ke tanjung baron bahkan sampai ke tanjung lorok pacitan
bernyanyi sepanjang perjalanan dan sesekali menulis puisi
sesekali mengecup keningmu, chin!
Oleh: Eddy Pranata PNP
Tinggal di Cirebah –sebuah dusun di pinggiran barat Banyumas, Jawa Tengah. Lahir 31 Agustus 1963 di Padang Panjang, Sumatera Barat.