SUMENEP, koranmadura.com– Sebanyak 80 persen penduduk di Pulau Ra’as menggantungkan hidup pada laut, bahkan rata-rata berprofesi sebagai nelayan. Namun, para mereka mulai resah sejak adanya kegiatan hulu Migas yang sedang dikerjakan oleh KKKS HCML di sekitar perairan pulau Ra’as dan Sapudi. Pasalnya, kegiatan itu telah mengganggu ekosistem laut dan membuat hasil tangkapan ikan menurun.
Hal tersebut diungkapkan oleh salah satu nelayan asal pulau tersebut, Muhfa. Ia menyatakan bahwa adanya kegiatan hulu Migas yang sedang dikerjakan oleh KKKS HCML telah mengganggu terhadap hasil tangkapan ikan para nelayan. Bahkan hasilnya menurun drastis. Katanya, sebelum ada hulu migas, selama 14 hari melaut, hasil tangkapan ikan mencapai 2 ton lebih. Kini, hasil tangkapan dengan waktu yang sama tidak sampai 1 ton.
“Belakangan hasil nelayan menurut drastis. Akibatnya kami merugi, dan perekonomian kami mengalami kemerosotan,” ucapnya kepada koranmadura.com.
Menurutnya, kemungkinan besar salah satu faktornya akibat terganggunya ekosistem bawah laut di perairan Ra’as dan Sapudi, sehingga ikan-ikan pun bergerak menjauh mengihindari lokasi perairan tersebut.
“Yang jelas aktivitas bawah laut yang dilakukan oleh HCML mengganggu ekosistem bawah laut kami, dan kami menolak jika mendatangkan masalah bagi kesejahteraan kami,” ancamnya. (SOE)