SAMPANG, koranmadura.com– Sebanyak 290 pengikut Syiah Tajul Muluk terpaksa merayakan Idul Adha di kampung orang. Sejak konflik yang memanas, pengikut Syiah Tajul Muluk mengungsi dan tinggal di Rusunawa Puspa Agro, Desa Jemundo, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo. Hingga saat ini, masyarakat di dua Desa, yakni Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, dan Desa Blu’uran, Kecamatan Karang Penang, Kabupaten Sampang, masih belum menerima kepulangan mereka.
Pimpinan Syiah Sampang, Tajul Muluk, ketika dikonfirmasi melalui jaringan telepon selulernya mengaku pasrah dan menerima dengan lapang dada atas penolakan masyarakat dari dua desa itu.
“Kita hanya pasrah saja, dan memang kita belum ada rencana dari kami,” akunya pasrah, Minggu (10 September 2016).
Bahkan diakuinya, kehadiran tim Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sampang saat mengantarkan dan memverifikasi adminitrasi kependudukan warganya, Pemkab memberi peringatan kepada pengungsi agar tidak pulang kampung halaman, meski hanya silaturahim.
“Pemkab sudah memberitahu kami, ya kami mau bagaimana lagi. Daripada terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, kami ikuti saja,” ucapnya.
Disisi lain, dia mengaku bosan dengan kesehariannya. Meski begitu, sudah ada sebanyak 90 kepala keluarga (KK) telah bekerja sebagai kuli batok kelapa dan pengupas kelapa untuk pembuatan santan di pabrik sekitar.
“Bosan juga hidup seperti ini, tapi ada yang kesehariannya sudah menjadi tukang kelapa,” terangnya.
Sekadar informasi, beberapa waktu lalu Pemkab Sampang yang terdiri dari Bakesbangpol, Dispendukcapil, Kepolisian, TNI mendatangi pengikut Tajul Muluk di Sidoarjo. Kedatangan tim itu untuk melakukan pemutakhiran data e-KTP. Hal itu dilakukan guna menghindari hal tidak diinginkan jika pengikut Tajul Muluk turun langsung ke Sampang. (MUHLIS/RAH)
