BANGKALAN, koranmadura.com – Sebanyak 76.517 warga Bangkalan, hingga kini masih terdata buta aksara, yakni belum bisa membaca dan menulis.
“Jumlah warga Bangkalan yang buta aksara tahun ini sudah berkurang dibanding tahun sebelumnya,” kata Kepala Bidang Pendidikan Luar Sekolah pada Dinas Pendidikan (Disdik) Bangkalan Siti Sumriyah di Bangkalan, Selasa (13 September 2016).
Ia menjelaskan, pada 2015, jumlah warga Bangkalan yang buta aksara tercatat sebanyak 80.617 orang.
Dengan demikian, telah terjadi penurunan sebanyak 4.100 orang selama setahun.
Menurut Siti Suriyah, berkurangnya angka buta aksara di Kabupaten Bangkalan itu, berkat program pemberantasan buta aksara, melalui program keaksaraan fungsional (KF).
Pada program ini, Pemkab Bangkalan melibatkan sejumlah kelompok organisasi masyarakat, seperti Fatayat Nahdlatul Ulama, Aisyiyah, GOW (gerakan organisasi wanita) dan para pondok pesantren.
“Mereka kita rekrut untuk menjadi mentor atau teman belajar yang tugasnya mengajari warga yang buru aksara itu, bisa membaca dan menulis,” katanya.
Siti Sumriyah menjelaskan, di Kabupaten Bangkalan terdapat 44 pusat kegiatan belajar masyarakat (PKPM) yang tersebar di 18 kecamatan di wilayah itu.
Mereka bertugas melaksanakan pendidikan mengajari warga buta aksara hingga bisa membaca dan menulis.
“PKPM ini tidak hanya sekedar mengajari membaca dan menulis, akan tetapi juga memberikan bimbingan lanjutan,” katanya.
Semisal, sambung dia, menjadi guru layaknya guru formal di tingkat SD/MI, SMP/MTs hingga tingkat SMA dan yang sederajat.
Warga buta aksara yang sudah bisa membaca dan menulis, sebagian ada yang mengikuti program pendidikan yang disebut dengan kejar paket, yakni paket A untuk tingkat SD/MI, paket B untuk tingkat SMP/MTs dan kejar paket C untuk tingkat SMA dan yang sederajat.
“Tapi di Bangkalan ini hanya sebagian kecil yang ikut program kejar. Kebanyakan sudah merasa puas hanya dengan bisa membaca dan menulis,” kata Siti Sumriyah menjelaskan. (ANTARA)
