BANGKALAN, koranmadura.com – Kawasan Stadion Gelora Bangkalan tak pernah sepi. Siang dan malam ramai warga berkunjung. Mulai dari anak sekolahan, komunitas motor dan keluarga. Ramainya stadion membuat pedagang kaki lima juga memenuhi halaman stadion.
Siang hari, PKL didominasi penjual minuman dingin dan bakso. Malam hari, PKL kian bergam, ada penjual kopi lesehan, jagung bakar, roti bakar, nasi goreng hingga aneka hiburan anak-anak seperti memancing, odong-odong, mobil-mobilan hingga berkeliling dengan kuda jingkrak. Saking ramainya tak ubahnya pasar malam. Apalagi di sisi utara stadion ada Pumara singkatan dari Pusat Makanan Rakyat. Semua aneka hidangan, seperti lalapan, soto, bakso hingga sate tersedia.
Menjadi pusat keramaian, ada konsekuensi yang musti ditanggung pengelola stadion yaitu sampah. Sampah plastik pembungkus makanan memenuhi setiap sudut halaman stadion walau tidak sampai menggunung. Sayangnya pengelola tidak menyediakan tempat khusus buang sampah. Akibatnya PKL membuang sampah di satu tempat di sisi selatan stadion. Sampah pun menggunung dan membuat stadion terkesan kumuh.
“Karena yang lain buang ke sana, saya juga buang sampah ke sana,” kata Maisaroh seorang pejual minuman dingin, Kamis, 22 September 2016.
Maisaroh dan PKL lain mengaku selalu menjaga kebersihan, khususnya di lokasi mereka berjualan. Setiap selesai jualan, sampah dibersihkan. “Kami takut diusir karena menjaga kebersihan syarat utama saat kami minta izin ke pemda untuk berjualan,” ujar dia.
Sayangnya, kata dia, pemda tidak menyediakan mbak sampah. Sehingga PKL membuang sampah di satu titik depan stadion. “Kalau disediakan bak sampah, pasti kami buang ke situ,” ungkap dia.
Kepala Disporabudpar Bangkalan, Aminah Rahmawati selaku pengelola SGB belum dapat dikonfirmasi soal sampah di stadion. Aminah sedang menunaikan ibadah haji. Sedangkan Kepala BLH Saad Asjari tidak merespon permohonan wawancara yang dikirim lewat pesan singkat. (ALMUSTAFA)
