SUMENEP, koranmadura.com – Peringatan Hari Santri yang ditetapkan Presiden Joko Widodo setahun lalu sudah mulai peringati di pesantren-pesantren yang ada di Madura. Salah satunya di Pondok Pesantren Nurul Huda, Desa Gingging, Kecamatan Bluto, Sumenep, Jumat, 21 Oktober 2016. Sekalipun Hari Santri jatuh pada tanggal 22 Oktober besok, namun antusiasme santri menyambut hari tersebut sangat kuat.
Di Pondok Pesantren Nurul Huda, santri diingatkan kembali akan peran NU dalam membangun Negara Kesatuan Ripublik Indonesia (NKRI). M. Muhri Zain, Ketua PC. Ansor Sumenep yang menjadi narasumber dalam acara mengatakan bahwa peran santri sangatlah besar. “Sebab mereka tidak hanya menjadi tentara biasa, mereka menjadi pelopor yang menggerakkan elemen-elemen bangsa ini untuk melawan terhadap penjajah,” ujarnya.
Oleh karenanya, menurut pria yang pernah nyantri di Pondok Pesantren Annuqayah ini, santri tidak boleh merasa inferior. “Santri harus percaya diri dan duduk sejajar dengan semua elemen yang ada di negeri ini. Sebab diakui atau tidak, santri juga ikut membangun bangsa ini sejak zaman kemerdekaan,” terangnya panjang lebar.
Narasumber lainnya, Wardi, Ketua LTM NU Sumenep mengatakan bahwa tantangan santri di masa yang akan datang sangatlah kompleks. “Santri dituntut untuk tidak hanya bisa baca kitab kuning. Santri harus cakap di segala bidang. Sebab tantangan di dunia global tidak bisa dianggap sepele,” ucapnya.
Menurutnya, bila santri tidak berbenah dari saat ini, maka di masa yang akan datang mereka akan tergilas oleh zaman. “Kita bukan hanya tidak akan bisa mewarnai dunia ini, tapi justru akan menjadi korban dari gegap gempita zaman yang terus melaju,” katanya.
Oleh sebab itu, santri harus menekuni dan mempelajari banyak disiplin keahlian dan keilmuan. Menjadi pribadi produktif dan cakap dalam bidang yang digelutinya. “Dan yang terpenting, semua itu harus diraih sebagai wasilah demi menjaga akidah ahlussunnah waljamaah yang selama ini kita yakini,” tutupnya. (ARI/DIK)
