SUMENEP, koranmadura.com – Upacara Hari Jadi Sumenep yang ke-747 yang digelar di depan Masjid Jami’ setempat berlangsung unik. Selain seluruh pegawai di lingkungan pemerintahan Kabupaten Sumenep mengenakan pakaian adat, seluruh rangkaian upacara tersebut juga dikemas dengan menggunakan Bahasa Madura.
Rangkaian upacara dengan menggunakan Bahasa Madura itu mendapat apresiasi dari seorang budayawan di kabupaten paling timur pulau madura, Ibnu Hajar. “Acara ceremonial yang telah dilakukan pemerintah (menggelar upacara dengan Bahasa Madura, red), saya rasa sudah luar biasa,” katanya, Senin (31 Oktober 2016).
Namun yang menjadi persoalan, sambung Ibnu, apakah ruh rangkaian hari jadi tahun ini sudah bisa ditangkap atau tidak, terutama yang berkaitan dengan Bahasa Madura. Sebab, dia menilai saat ini Bahasa Madura di Pulau Garam, termasuk di Sumenep, sudah mulai krisis.
Ibnu menantang Bupati Sumenep, A. Busyro Karim, untuk melestarikan dan menyelamatkan bahasa madura dengan mengeluarkan surat edaran (SE) kepada semua lembaga pendidikan, instansi dan lainnya untuk berbahasa Madura, di luar acara kedinasan, minimal satu hari dalam seminggu.
“Berani tidak Bupati mengeluarkan SE untuk merawat dan menyelamatkan Bahasa Madura? Paling tidak sehari dalam satu minggu wajib berbahasa Madura. Mumpung sekarang momentum Hari Jadi Sumenep. Jangan hanya berkoar-koar, bahwa kita peduli budaya,” pungkasnya. (FATHOL ALIF/RAH)
