Oleh: ALMUSTAFA
Koranmadura.com – Karir Sam Allardyce sebagai pelatih sepakbola tamat. Lelaki tambun yang akrab disapa ‘Big Sam’ itu hanya 67 hari menukangi Tim Nasional Inggris. FA, asosiasi sepakbola Inggris memecatnya tepat 22 hari setelah Big Sam membawa Inggris menang 1-0 atas Slovakia pada kualifikasi Piala Dunia. Dia akan dicatat sejarah sebagai manager tersingkat yang pernah melatih ‘The Three Lion’.
‘England Manager Sam Allardyce for Sale’ judul berita berlabel ‘Exclusive Investigation’ di halaman depan harian The Telegraph yang membuat karir kepelatihan Big Sam yang dirintis selama 25 tahun sejak 1991 hancur. Berita itu memuat obrolan Big Sam di sebuah acara makan malam, tentang cara mengakali aturan FA yang melarang pihak ketiga memiliki pemain di Liga Inggris.
Big Sam tidak menyadari, obrolannya direkam tanpa izin. Big Sam tidak tahu teman satu mejanya adalah wartawan Telegraph yang sedang menyamar sebagai perwakilan pengusaha. Mereka menawarkan uang imbalan 400 ribu pounsterling kepada bekas Manager Klub Bolton Wonderes bila memberitahu cara mengakali aturan FA. Sebelum menurunkan berita itu, redaksi Telegraph menelepon Big Sam dan memberitahu perwakilan pengusaha yang ditemuinya malam itu adalah wartawan.
Mendengar itu, Big Sam tak berkata-kata dan menutup telepon. Esok harinya, The Tlegeraph menerbitkan hasil rekaman itu. Inggris pun heboh oleh skandal itu.
Big Sam pun dihujat, tapi ada yang bersimpati dan tetap menghormatinya. Seperti mantan Stiker Timnas Prancis Nicolas Anelka dan Manager Arsenal Arsene Wenger. Di antara hujatan dan simpati, pernyataan Mantan Manager Liverpol Brandan Rodgers menarik untuk dicermati. Dia menyebut upaya Telegraph untuk membongkar skandal Big Sam sebagai hal memalukan dan melanggar etika jurnalistik. Benarkah demikian?
Pertanyaannya bolehkan wartawan menyamar? Tentu saja boleh dan itu sah-sah saja, meski banyak negara seperti Amerika Serikat menganggap ilegal. Alasannya, banyak skandal, tidak hanya dalam sepakbola, sulit diungkap bila secara terbuka mengaku sebagai wartawan dan hanya bisa dibongkar dengan cara menyamar.
Jauh sebelum Telegraph, penyamaran oleh Media dan yang paling terkenal pernah terjadi di Amerika Serikat. Pada tahun 1970, harian Chicago Sun Time hendak membongkar praktik pungutan liar dan korupsi oleh pengawas kebersihan kepada pemilik restoran di kota itu.
Penyamaran yang dilakukan terbilang nekat. Chicago Sun Time sampai membangun bar, semua pelayannya diisi oleh wartawan dan fotografer harian itu. Suatu hari, para pengawas datang ke bar itu dan terbongkarlah praktik pungutan liar mereka.
Investigasi dengan cara menyamar ala Harian Chicago Sun Time memberikan dampak luar biasa. Banyak petugas kemudian dipenjara. Yang dilakukan The Telegraph pun dampaknya luar biasa, tidak hanya Big Sam, ada 10 manager lain di Inggris diduga terlibat skandal serupa dan sedang ditelisik FA.
Pertanyaan berikutnya, etiskah wartawan menyamar? Jika melihat penjelasan Bill Kovach dan Tom Rosenstiel dalam buku The Element Of Journalism maka menyamar dalam jurnalisme tidak etis.
Ada lima konsep verifikasi yang menurut Kovach harus dilakukan seorang reporter. Salah satunya berbunyi: wartawan harus bersikap transparan tentang metode dan motivasi dalam melakukan reportase. Menyamar sama sekali tidak transparan.
Syarat lain, sebelum memutuskan menyamar, prosedur baku mencari data dan informasi dalam jurnalisme harus dilakukan. Seperti wawancara, menemui narasumber dan meminta mereka mengungkapkan data yang ingin diperoleh. Bila prosedur ini dilakukan berulang dan narasumber tidak berkenan, menyamar bisa dilakukan, tapi tetap sebisa mungkin menghindarinya.
Karena tidak transparan, maka wajar bila muncul banyak tanya dibalik investigasi yang dilakukan The Telegraph. Misalnya, apakah investigas itu murni dilakukan untuk kepentingan publik atau ada kepentingan lain? Kenapa Telegraph memilih Big Sam untuk diinvestigasi? Dan kenapa hanya satu manager, tidakkah lebih afdol mengambil sample dua hingga tiga manager agar data yang diperoleh lebih kuat untuk membuktikan adanya skandal besar?
Barangkali karena menyamar tidak etis jugalah yang membuat hasil investigasi yang dilakukan Chicago Sun Time juga tidak mendapat hadiah Pulitzer. Ini adalah penghargaan bidang jurnalistik tertinggi di Amerika Serikat, negara yang juga menganggap tindakan merekam tanpa seizin narasumber dan mempublikasikan hasilnya adalah pelanggaran hukum.
Untuk memastikan etis tidaknya wartawan menyamar, kita lihat saja, apakah tahun 2017, The Telegraph akan mendapat hadiah Pulitze Price atas investigasinya itu.
* Jurnalis bertugas di Bangkalan