SUMENEP, koranmadura.com – Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (Dispertan) Sumenep, mengaku kesulitan mengubah pola pikir petani yang masih enggan menggunakan pupuk organik. Sampai sekarang petani masih lebih suka menggunakan pupuk kimia.
Kepala Disperta Kabupaten Sumenep, Bambang Heriyanto, mengatakan, petani yang memiliki kesadaran untuk tak terlalu tergantung kepada pupuk kimia masih minim. Jika dipersentasekan, petani yang mau beralih kepada pupuk organik tak sampai 25 persen.
“Kalau dipersentasekan, ya, 20 persen sekian. Tidak sampai 25 persen. Karena masyarakat kita sudah terbiasa dengan pupuk kimia,” kata Bambang, Selasa, 11 Oktober 2016.
Menurut Bambang, petani di Sumenep selama ini mengira bahwa jika menggunakan pupuk jenis ZA atau Urea lebih baik daripada pupuk organi. Padahal sebaliknya. Penggunaan pupuk ZA semestinya hanya pada saat sebelum tanam.
“Justru yang baik sebenarnya menggunakan pupuk organik karena bisa memperbaiki struktur lahan. Penggunaan pupuk organi bisa menumbuhkan unsur mikro dan makro. Kalau selalu menggunakan ZA, maka akan mati unsur mikro dan makronya. Makanya banyak lahan di Sumenep itu warnanya coklat,” bebernya.
Bambang mengakui jika tak mudah mengubah pola pikir petani yang sudah terbiasa menggunakan pupuk kimia sejak nenek moyang mereka. Diperlukan sentuhan dan inovasi secara bertahap untuk mengubahnya. “Tidak mudah, Pak, mengubah pola pikir petani. Harus secara bertahap,” pungkasnya. (FATHOL ALIF/MK)
