SUMENEP, koranmadura.com – Prosesi Pelantikan Arya Wiraraja dan Pawai Budaya dalam Rangka Hari Jadi kabupaten Sumenep ke 747 di depan Masjid Jamik mendapat kritikan pedas dari semua kalangan.
Berbagai keluhan datang dari semua elemen diantaranya wali siswa yang mengeluhkan biaya kostum, serta pengunjung untuk menyaksikan prosesi tersebut harus membayar parkir dengan biaya pantatis.
Salah seorang pengunjung asal Ambunten mengatakan panarikan uang parkir sangat keterlaluan sebab tidak masuk akal jauh lebih mahal dari biasanya, “masak harus Rp. 5000,- ,”? Kata Syafiq Dengan penuh tanda tanya
Ia mengatakan sangat kecewa terhadap panitia yang dalam hal ini Dinas Kebudayaan Prawisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) disebabkan dirinya dan pengunjung yang lain untuk menyaksikan prosesi hari jadi daerahnya harus membayar.
“Keamanan sih ya…? Tapi bukan seperti ini caranya, panitia kan besar anggrannya… Kenapa gak diongkos saja tu tukang parkir, Ini kan hari jadi? Masak harus bayar,” terang Syafiq
Senada juga disampaikan Rahmat Hidayat bahwa Hari Jadi Sumenep ini milik rakyat Sumenep bukan hanya milik pejabat pemkab, “Rakyat disuruh panas-panas ehh bejabatnya malah senyum – senyum dibawah terop” katanya
Ia menambahkan bahwa yang dipakek hari jadi itu adalah uang rakyat “Jadi jangan sombong jadi pejabat kalian itu makan uang rakyat,” tegasnya dengan nada kesal.
Ia menyarankan ditahun mendatang disediakan terop untuk para pengunjung, dan apabila tidak mau disediakan semuanya harus rela berpanas-panasab termasuk Bupati. Pungkasnya. (MADANI)