SUMENEP, koranmadura.com – Seujumlah petani di Kabupaten Sumenep merasa resah, karena tanaman jagung terkena peyakit bulai. Akibatnya, pertumbuhan tanaman jagung milik petani lambat bahkan terancam gagal panen.
Ketua Peguyuban Pemerhati Kelompok Tani (P2KT) Sumenep, Zaenuri, mengatakan banyak petani yang mengeluh lantaran tanaman jagung mereka diserang penyakit bulai.
“Petani resah karena mereka takut gagal panen,” katanya, Senin 28 November 2016.
Menurutnya, hama atau penyakit bulai terjadi akibat perubahan iklim dan semakin meningkatnya organisme pengganggu tanaman (OPT). Penayakit yang disebabkan hama peronosclerospora maydis menyebar melalui media udara, tanah ataupun benih.
Dikatakan, secara umum penyakit bulai munculnya butiran putih pada daun yang merupakan spora cendawan patogen tersebut. Penyakit ini menyerang pada tanaman jagung varietas rentan hama penyakit dan umur muda (1-2 MST), maka kehilangan hasil akibat infeksi penyakit ini dapat mencapai 100 persen (Puso) atau gagal panen.
“Biasanya masa kritis tanaman jagung terserang bulai berlangsung sejak benih ditanam hingga usia 40 hari,” terangnya.
Menurut Zaenuri, penyakit tersebut bisa dientaskan mulai sejak dini dengan berbagai cara, salah satunya dengan cara melakukan penanaman bibit secara serempak. Sehingga bisa memutus hama bulai. Selain itu melakukan sanitasi lingkungan tanaman jagung. Sehingga lahan di sekitar benih bersih dari gulma dan rumput liar yang menjadi penyebab sumber inokulum pertanaman berikutnya.
Tidak kalah penting melakukan rotasi tanaman dengan tujuan untuk memutus ketersediaan inokulum bulai dengan menanam tanaman dari bukan sereal. Karena menanam jagung secara terus menerus pada lahan yang sama, akan semakin memperbanyak jamur penyebab bulai. Juga bisa dicegah dengan cara memilih benih varietas tertentu yang tahan akan penyakit bulai.
“Kalau tenaman jagung sudah terserang, bisa dicegah dengan cara diberi obat jenis fungisida,” jelasnya. (JUNAIDI/RAH)
