SUMENEP, koranmadura.com – Harapan masyarakat untuk memetik hasil yang optimal panen raya tembakau rajangan di Kabupaten Sumenep munim ini kandas. Pasalnya, kualitas tembakau tahun ini bisa dibilang yang terpuruk sejak tiga tahun terkahir.
Ketua Peguyuban Pemerhati Kelompok Tani (P2KT) Sumenep, Zaenuri, mengatakan akibat anomali cuaca, menyebabkan kualitas tembakau rajangan menurun dibandingkan beberapa tahun terakhir. “Panen raya tembakau tahun ini merupakan yang terpuruk dibandingkan tiga tahun terakhir,” katanya, Rabu 7 Desember 2016.
Menurutnya, kualitas tembakau sangat mempengaruhi terhadap harga. Saat bulan September berkisar antara Rp45-50 ribu per kilogram. Tapi pada bulan November, harga tembakau tejun bebas, hanya dipatok Rp2-4 ribu per satu kilogram. Hal itu diakibatkan hujan lebat yang menyebabkan kualitas tembakau jelek. Sementara harga tembakau sejak tiga tahun terkhir rata-rata di atas Rp20 ribu persatu kilogram.
“Warga yang panen di Bulan September sangat sedikit. Lebih banyak petani yang panen di bulan Oktober saat mulai turun hujan. Akibatnya banyak petani yang merugi,” jelasnya.
Oleh sebab itu, Pemerintah diharapkan memiliki terobosan baru untuk petani. Salah satunya memfasilitasi petani agar mencari solusi dengan cara alih tanam sesuai potensi di masing-masing kecamatan. “Itu harus dilakukan, karena tanaman tembakau sudah tidak lagi bisa diandalkan sebagai penghasilan,” tegasnya.
Terpisah Kepala Bidang Kehutanan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Sumenep, Joko Suwarno, membenarkan bahwa petani tembakau tahun ini merugi dibandingkan beberapa tahun terakhir. Lahan yang bisa ditenami tembakau hanya 40 persen dari proyeksi areal seluas 14.366 hektare dengan target produksi 8.000 ton. Lahan yang ditanami tembakau sekitar 5.747 hektare.
“Ada petani yang melakukan penanaman hingga 4 kali. Tapi selalu mati,” katanya.
Tahun ini curah hujan sangat tinggi, dan menyebabkan kualitas tembakau jelek.
Di Sumenep terdiri dari wilayah pegunungan, tegal, dan sawah. Tiga kriteria itu hampir setiap tahun selalu ditanami tembakau terkecuali tahun ini. ”Kalau yang sawah sudah tidak bisa lagi. Banyak yang ditanami padi karena selalu terkena banjir,” jelasnya.
Dikatakan, setiap tahun luas area tanaman tembakau terus mengalami peningkatan. Tahun ini mencapai 28.579 hektare dengan target produksi 14.366 ton. Jumlah tersebut mengalami peningkatan dari tahun 2015 yang hanya seluas 21.893 hektare dengan target produksi sebesar Rp 13. 136 ton. Sementara ploting area tenaman tembakau pada tahun 2014 lalu hanya seluas 21.093 hektare.
Sedangkan pada tahun 2013 ploting area tembakau seluas 21.093 hektare, tahun 2012 ploting seluas 20.358 Hektare dengan target produksi 12.215 Ton. Jumlah tersebut mengalami penurunan dibandikan tahun 2011 yang mencapai 22.333 Hektare dengan jumlah produksi 13.400 Ton.
“Ke depan kami tetap akan mengupayakan agar kualitas tembakau semakin membaik,” kata Joko.
Salah satu upaya yang akan dilakukan, akan memberikan bantuan bibit secara cuma-cuma. Tahun ini kebutuhan bibit tembakau diperkirakan mendapai 75 juta batang, sedangkan pada tahun 2015 hanya membutuhkan bibit sebanyak 547.325.000 batang.
Bantuan tersebut akan diberikan kepada Kelompok Tani (Poktan) yang menyebar di 25 titik dalam bentuk pembibitan. 25 titik yang menjadi sasaran pembibitan tahun ini di antaranya, Kecamatan Talango, Arjasa, dan Raas. Sedangkan sisanya berada di kecamaan daratan, terkecuali Kecamaan Dungkek.
Selain itu, juga akan memberikan bantuan berupa sarana dan prasarana lain. Seperti bantuan mesin perajang tembakau, handtraktor dan pompa air. “Upaya ini tentunya harus didukung dari semua pihak. Sehingga ke depan kualitas tembakau akan semakin baik,” tegasnya. (JUNAIDI/RAH)
