SUMENEP, koranmadura.com – Sifat tempramen Kepala Kejaksaan Negeri (Kejari) Sumenep, Jawa Timur, Bambang Sutrisna sering ditampakkan ke muka umum. Tak terkecuali saat menemui sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Kabupaten Sumenep, Jum’at, 9 Desember 2016.
Baca: Hari Anti Korupsi, Kejari Sumenep Digoyang Dua Demo
Dihadapan demonstran, orang nomor satu dilingkungan Kejari Sumenep, merasa tersinggung atas tuntutan yang disampaikan peserta demo. Sebab, pemdemo menilai kinerja Kejari dalam menangani kasus tindak pidana korupsi terkesan setengah hati.
Salah satunya kasus dugaan tindak pidana korupsi pembangunan jalan hotmix Bragung-Prancak, kasus dugaan tindak pidana penyimpangan bantuan beras untuk warga miskin (raskin) Desa/Kecamatan Guluk-Guluk, kasus raskin di Desa Poteran, Kecamatan Talango, dinilai mandek.
“Apakah pernah baca berita di media?,” sergah Kajari kepada peserta demo saat itu.
Tuntutan tersebut menurut Kajari dinilai sangat tidak beralasan, sebab penanganan kasus korupsi pembangunan jalan yang dibiayai melalui dana APBD tahun 2013 senilai Rp 840 juta, Kejari telah menetapkan empat orang tersangka. Saat ini berkas perkara tersebut telah dilimpahkan ke Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Surabaya.
Sementara berkas perkara raskin Desa/Kecamatan Guluk-Guluk saat ini sudah siap dilimpahkan tahap dua, setelah Ikbal selaku kepala desa ditetapkan sebagai tersangka.
Sementara berkas perkara kasus raskin Desa Poteran, Kecamatan Talango saat ini telah rampung, namun Kepala Desa Poteran Suparman melarikan diri setelah ditetapkan sebagai tersangka. Saat ini Suparman masuk daftar pencarian orang (DPO).
“Meskipun diam, bukannya kami tidak bekerja. Buktinya, Kejari Sumenep mendapat rengkin I untuk Kejari Kelas II dan rangking III se-Jatim dalam penanganan tindak pidana korupsi,” kata Bambang.
Menanggapi hal itu, Korlap Aksi Umam Mz merasa kesal dan menganggap Kajari tidak profesional. Bahkan, Kajari dinilai telah menyepelehkan aksi mereka.
“Kajari menganggap kita seperti anak kecil. Masak kita dianggap tidak baca media. Padahal sebelum kami turun jalan, telah melakukan kajian dan diskusi panjang,” teriak Umum.
Setelah itu, sejumlah mahasiswa langsung membubarkan diri dengan tertib. (JUNAIDI/MK).
