SUMENEP, koranmadura.com– Pemerintah Kabupaten (pemkab) Sumenep menarget dalam jangka waktu dua bulan ke depan, persoalan gedung SMA PGRI yang dinilai sebagai salah satu objek yang dapat mengganggu aktivitas penerbangan di Bandar Trunojoyo (obstacle) sudah selesai. Paling tidak untuk pemangkasan gedung lantai dua sekolah swasta itu.
Menanggapi hal tersebut, Ketua PGRI Sumenep, Nurul Hamzah, mengaku tidak masalah jika pemerintah daerah memang ingin segera melakukan pemangkasan terhadap gedung lantai dua itu. Dengan catatan Pemkab setempat memberi tahu lebih dulu berapa nominal yang akan digantikan kepada pihak SMA PGRI.
Sejauh ini, dia mengaku belum menerima hasil apraisal SMA PGRI dari pemerintah. “Sebenarnya kami tidak keberatan, seandainya tahap pertama (gedung lantai dua) dikepras dulu. Tapi kami harus tahu dulu, berapa nilainya, sesuai hasil apraisal itu,” kata pria yang akrab disapa Nono itu, Sabtu, 14 Januari 2017.
Sementara kalau mau langsung direlokasi secara keseluruhan, Nono mengaku kurang sepakat. Pasalnya gedung tersebut merupakan tempat belajar, bukan infrastruktur seperti jalan yang bisa dibuatkan alternatif. Mantan Kabid Dikmen Dinas Pendidikan Sumenep itu mengatakan, kalau Pemkab mau melakukan relokasi total, harus setelah ada bangunan penggantinya.
Namun masalahnya, tambah Nono, selain hasil apraisal memang belum diserahkan, tanah milik Dinas Peternakan Provinsi di Desa Pamolokan, yang sudah disepakati sebagai pengganti untuk dibangun gedung SMA PGRI, informasinya belum ada kejelasan. Sehingga “Pak Sekda menawarkan agar mencari tanah lain. Tapi dari kami, tidak ada lagi. Mau cari di mana?,” pungkasnya.
Untuk diketahui, sebelumnya Wakil Bupati Sumenep, Achmad Fauzi, mengaku, pihaknya ingin persoalan gedung SMA PGRI Sumenep di Jl. KH. Mansur, Desa Kacongan, Kecamatan Kota, secepatnya diselesaikan. Agar pengoperasian Bandara Trunojoyo secara komersil juga bisa segera dimulai.
Bahkan, dalam waktu dekat, Bang Uji, sapaan akrab Wakil Bupati, mengaku akan memanggil seluruh pihak terkait, yakni Dinas Pendidikan Sumenep dan pihak dari PGRI. “Saya tidak mau tahu, prosesnya dalam dua bulan ini sudah selesai. Agar tidak menjadi ganjalan bagi bandara,” tukasnya. (FATHOL ALIF/MK)
