SAMPANG, koranmadura.com – Gedung kesenian Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Disporabudpar) Sampang sudah menghabiskan anggaran ratusan juga. Namun, hingga saat ini tidak jelas manfaatnya dan atap di bagian selatan terlihat bolong.
Berdasarkan data yang dihimpun koranmadura.com, pada tahun 2015, rehab gedung kesenian tersebut menelan biaya sekitar Rp 250 juta dan sempat disidak Komisi IV DPRD setempat karena ditengarai dikerjakan asal-asalan. Kemudian pada tahun 2016, pembangunan pagar gedung itu menelan anggaran kurang lebih sebesar Rp 100 juta.
Namun, pihak Disporabudpar mengaku, anggaran rehab gedung tersebut sejak menjadi gedung kesenian hanya memakan anggaran puluhan juta. Sudah tiga tahun masa peralihan gedung olahraga itu menjadi gedung kesenian.
“Tidak sampai ratusan anggarannya. Anggaran pembuatan panggung di tahun 2015 lalu itu Rp 40 juta, dan lainnya itu sudah ada, cuma cat pembaharuan. Kemudian yang pembangunan pagar, kemarin itu anggarannya sekitar Rp 90 juta,” tutur Kabid Kebudayaan Disporabudpar Sampang, AG Wadud, Senin, 23 Januari 2017.
Selain itu, Wadud juga tidak mengelak bahwa di gedung kesenian terdapat atap yang bolong. Menurutnya, rusaknya atap karena diterjang angin beberapa waktu lalu. “Memang ada yang bolong, atap itu diterjang angin, dan hanya tiga bagian asbes yang bocor,” ucapnya.
Pihaknya berjanji dalam minggu ini, kebocoran atap itu akan diperbaiki, mengingat saat ini merupakan musim penghujan. “Mulai minggu depan akan diperbaiki, kami sudah belikan asbes,” ujarnya.
Di dalam gedung, kata Wadud, tidak ada peralatan karena tidak ada anggaran pengadaan alat. Hanya saya, di tahun 2017, pihaknya menganggarkan untuk instalasi listrik. “Gedung itu memang kosong, karena memang tidak ada penganggaran alat. Cuma anggaran instalasi listrik saja sebesar Rp 8 juta,” terangnya.
Disinggung gedung tidak digunakan, Wadud mengatakan, gedung tersebut sudah pernah digunakan dalam beberapa acara. Pihaknya juga tidak menarik retribusi dalam penggunaan gedung tersebut.
“Sudah banyak yang pinjam, seperti SMA, paguyuban dan lainnya, tapi membawa fasilitas sendiri, dan peminjaman gedung itu gratis. Karena gedung itu merupakan gedung pelayanan publik” tandasnya. MUHLIS/MK
