SUMENEP, koranmadura.com – Salah satu program Bupati dan Wakil Bupati Sumenep, mencetak 1000 wirausahawan per tahun selama lima tahun dinilai tak maksimal. Bahkan cenderung hanya buang-buang anggaran.
Itu disampaikan Ketua Komisi II DPRD Sumenep, A. Fajar Hari Ponto. Menurutnya, output dari program mencetak 1000 wirausahawan muda di tahun 2016 tak jelas. Terbukti tak satupun ada yang mencuat ke permukaan publik.
“Outputnya tidak ada. Saya tidak melihat secara riil, apakah program mencetak wirausahawan muda itu ada peningkatan sejak dicanangkan atau tidak. Saya sendiri tidak yakin,” ujar politisi Golkar itu, Selasa, 31 Januari 2017.
Dikatakan, tahun ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep kembali mengajukan anggaran untuk program tersebut, yakni sekitar Rp 2,5. “Tapi kita ingin hasil ingkubator tahun 2016 itu yang ditindaklanjuti,” tambah Ponto.
Untuk ke depannya, Ponto mensyarakan agar Pemkab tidak lagi menggunakan inkubator dalam program tersebut. Sebab membutuhkan anggaran cukup besar. Kalaupun program itu mau diteruskan, sebaiknya diserahkan langsung kepada satker terkait.
“Sebenarnya tanpa inkubator itu bisa, langsung diserahkan kepada Satkernya. Karena mereka bisa membidik siapa saja yang ingin dicetak jadi wirausahawan,” ujarnya lebih lanjut.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Sumenep, Saiful Bahri, belum bisa dikonfirmasi. Dihubungi melalui telefon selulernya tak ada respon. Sebelumnya juga telah didatangi ke kantor kerjanya namun yang bersagkutan tak dapat ditemui.
FATHOL ALIF/MK
