SAMPANG, koranmadura.com – Ditengarai ada kebocoran penggunaan air, sejumlah anggota Panitia Kerja (Panja) PDAM Trunojoyo mendatangi salah satu sumber mata air yang digunakan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Trunojoyo Sampang, di Dusun Tengah, Desa Gunung Maddah, Kota Sampang, Selasa, 14 Pebruari 2017.
Alasan kedatangan rombongan anggota Panja PDAM karena selama dua tahun terakhir, kebutuhan air bersih pelanggan PDAM selalu dikeluhkan.
Anggota Panja PDAM Trunojoyo, Samsul Arifin mengatakan dari lima titik sumber mata air yang menyuplai ke wilayah kota Sampang diketahuinya sebanyak 150 liter per detik. Sedangkan jumlah pelanggan diketahui sebanyak 8 ribu pelanggan di wilayah kota Sampang.
“Sehingga asumsi kebutuhan air per KK di wilayah Sampang kurang lebih sebanyak 80 liter per detik. Jadi, masih ada 70 liter per detik air yang hilang entah ke mana,” ucapnya kepada sejumlah awak media saat sidak di salah satu sumber air yang digunakan PDAM Trunojoyo di Desa Gunung Maddah.
Lebih lanjut Samsul menerangkan, kuat dugaan hilangnya sumber mata air yang menyebabkan PDAM selalu merugi, di antaranya yaitu dari sebanyak 24 titik sumber air yang dimiliki PDAM, hanya ada 4 titik yang dipasang watermeter di pipa induk. Tidak hanya itu, keberadaan water meter di pipa pelanggan juga diketahui masih kurang hingga 50 persen atau sebanyak 4 ribu pelanggan masih belum memakai watermeter.
“Untuk manajemen Direktur PDAM saat ini sudah mulai ada perbaikan, cuma kami rekomendasikan di tahun 2017 untuk memasang watermeter di pipa induk sehingga debet air yang keluar dari sumber air tercatat dengan benar dan tidak lagi ada kebocoran baik yang disengaja oleh oknum atau memang oleh kondisi pipanya sendiri,” tegasnya.
Di tempat yang sama, saat dikonfirmasi, Staf Perencana PDAM Trunojoyo Sampang, Subaidi, tidak mengelak dikatakan hingga saat ini di wilayah kota Sampang masih kekurangan suplai air. Namun pihakna tidak bisa memastikan secara pasti kekurangan air tersebut. “Kalau debet air di sini yaitu 20-30 liter per menitnya,” katanya.
Disinggung kekurangan air karena ada oknum yang sengaja membocorkan, Subaidi mengaku tidak bisa memastikannya. Hanya saja pihaknya mangaku kekurangan air dimungkinkan dua faktor. “Mungkin karena memang sumber air yang ada masih belum memadai dan mungkin juga karena memang ada pipa yang bocor. Karena selama ini alat pendeteksi kebocoran pipa masih belum ada,” terangnya.
Selain itu, pihaknya menjelaskan, untuk harga watermeter di pipa induk diperkirakan seharga Rp 30 juta per unit. (MUHLIS/RAH)
