SUMENEP, koranmadura.com – Salah satu program unggulan Pemkab Sumenep ialah mencetak 5000 wirausahawan muda selama lima tahun ke depan. Untuk menyukseskan program tersebut, Pemkab bekerja sama dengan Pusat Inkubator Wirausaha STKIP PGRI Sumenep (PIWS). Hanya saja, dalam perjalanannya program tersebut disoal. Sebab antara Inkubator dengan SKPD terkait tak akur.
Hal itu terungkap saat sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Mahasiswa Sumekar Raya (Mahasurya) melakukan audiensi dengan Bupati Sumenep serta sejumlah SKPD terkait di Graha Adipoday, Jumat, 3 Februari 2017.
Koordinator mahasiswa, Bisri, mengungkapkan, berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan pihaknya selama dua bulan terakhir di tahun 2016, ditemukan bahwa antara Inkubator dengan SKPD terkait program mencetak wirausahawan muda terjadi “perang”.
Antara Inkubator dan SKPD terkait, berdasarkan temuannya itu, terjadi saling klaim program. “Saling klaim, bahwa ini programnya Inkubator. Ini programnya SKPD. Itu yang kami temukan. Terkesan tidak tahu sama tugas pokok dan fungsinya masing-masing,” tukasnya.
Menanggapi hal itu, Bupati Sumenep, A. Busyro Karim, menjelaskan program itu merupakan hal baru. Sehingga, dia mengaku juga merasakan, bahwa memang ada sebagian SKPD terkait yang belum mengerti tentang Inkubator, dan masih perlu diberi penjelasan lagi.
Bahkan, sambungnya, ada beberapa SKPD yang juga merasa ‘cemburu’. “Ada sebagian SKPD yang merasa kalau programnya diambil oleh Inkubator,” tukas orang nomor satu di lingkungan pemerintahan kabupaten paling timur Pulau Madura ini.
Namun karena program mencetak wirausahawan muda bekerja sama dengan Inkubator itu merupakan yang pertama kali di Sumenep, pihaknya mengaku bisa memaklumi. “Tapi kami sudah kumpulkan semuanya agar memiliki persepsi yang sama,” ujar Bupati. FATHOL ALIF/MK
