SUMENEP, koranmadura.com– Meskipun dua perusahaan swasta yang bergerak dibidang minyak dan gas (migas) beroperasi di daerah Perairan Gili Raja, Kecamatan Giligenting, Sumenep, Jawa Timur, namun masyarakat setempat tetap merasa terisolir.
Perekonomian di pulau yang terdiri dari empat desa itu belum ada perkembangan yang signifikan. Bahkan, demi memperkuat perekonomian mereka terpaksa harus mencari penghasilan ke luar daerah, seperti Jakarta.
“Memang banyak warga di sini yang bekerja ke luar daerah, rata-rata mereka sukses,” kata salah satu tokoh pemuda setempat, Syaiful Anang, Jum’at, 3 Maret 2017.
Menurutnya, saat ini ada dua perusahaan yang bergerak dibidang migas, yakni Santos dan HCML. Sementara yang telah berproduksi saat ini adalah Santos, sedangkan HCMl masih dalam proses seismik.
Kendati demikian sektor perekonomian saat ini belum memadai, salah satunya persoalan kelistrikan sudah hampir empat tahun belum selesai. Sementara listrik bagi warga setempat sangat diperlukan demi memperkuat perekonomian dari sektor home industri.
“Ini yang aneh, ada perusahaan migas tapi masyarakatnya tetap susah. Makanya tidak salah jika masyarakat mengganggap pemerintah menganaktirikan kami,” keluhnya.
Sementara itu, Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Sumenep, Ach Masuni mengatakan, untuk kelistrikan di Gili Raja dianggarkan sekitar Rp 5 miliar. “Anggaran kelistrikan tahun ini sebesar Rp 7 miliar, di antaranya Rp5 miliar untuk kelistrikan di Gili Raja,” katanya.
Sementara sisanya untuk program kelistrikan di dua kecamatan, yakni Kecamatan/Pulau Arjasa dan Kecamatan Batang-Batang. “Untuk di Arjasa sekitar Rp 1 miliar dan sisanya di Kecamatan Batang-batang,” ungkapnya.
Mantan Kepala BPMP-KB itu mengatakan, sebelum program tersebut dijalankan, survei lapangan akan dilakukan serta koordinasi dengan pihak PLN yang lebih mengerti secara teknis. “Untuk teknisnya nanti akan kita serahkan ke PLN,” tegasnya. (JUNAIDI/MK).
