SUMENEP, koranmadura.com – Meski sejak beberapa hari terakhir sudah tidak lagi turun hujan dan kondisi cuaca cenderung cerah, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep, Madura, Jawa Timur, hingga sekarang belum mencabut status siaga banjir dan longsor.
Hal itu diungkapkan Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumenep, Syaiful Arifin. “Sementara masih tetap darurat banjir longsor. Belum dicabut,” katanya kepada wartawan, Kamis, 13 April 2017.
Belum dicabutnya status tersebut karena berdasarkan surat edaran dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hujan lebat yang disertai angin dan petir masih berpotensi terjadi di kabupaten paling timur Pulau Madura ini.
Menurutnya, masih berdasarkan surat edaran BMKG, peralihan musim kemarau pada penghujan masih akan terjadi pada akhir April ini. “Berdasarkan perkiraan BMKG, potensi terjadinya hujan lebat masih 30 April,” tegasnya.
Untuk itu, pihaknya mengaku masih mengeluarkan surat edaran kepada semua kecamatan dan para kepala desa agar tetap memberikan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya di daerah-daerah rawan longsor dan banjir, agar tetap waspada.
Sesuai data BPBD, tahun ini cakupan luas daerah rawan banjir tahun ini meningkat 20 persen. Sedangkan kawasan rawan longsor meningkat 15 persen dari tahun sebelumnya. Beberapa daerah yang sebelumnya tak terdampak banjir, kali ini terdampak. Seperti Desa Pakondang, Kecamatan Rubaru, dan Desa Jenangger, Kecamatan Batang-Batang.
Sedangkan daerah rawan longsor, menurutnya, bertambah dua desa dari sebelumnya enam desa. Dua desa dimaksud ialah Desa Soddere Kecamatan Pasongsongan dan Desa Batuampar Kecamatan Guluk-Guluk. (FATHOL ALIF/RAH)