SUMENEP, koranmadura.com- Belum adanya penerbangan reguler di Kabupaten Sumenep, diakui Bupati, A. Busyro Karim, sebagai salah satu “pekerjaan rumah” yang perlu segera dituntaskan pemerintah kaitannya dengan pengembangan pariwisata ke depan.
Dikatakan, di beberapa daerah yang pariwisatanya mengalami perkembangan cukup pesat, sepereti di Lombok dan Malang, karena didukung oleh sarana transportasi yang lengkap. Sementara Sumenep masih dinilai kurang, yakni di sektor transportasi udara secara reguler.
Orang nomor satu di lingkungan Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Sumenep ini, menuturkan, ketika dirinya bincang-bincang dengan warga luar (wisatawan), yang kerap kali ditanyakan memang terkait transportasi ke kabupaten paling timur Pulau Madura ini.
“Jadi yang sering ditanyakan oleh wisatawan luar ketika mau ke Sumenep memang masalah transportasi. Karena ke Sumenep belum ada penerbangan reguler,” ucapnya saat menyampaikan sambutan dalam acara Ulang Tahun Komunitas Jurnalis Sumenep (KJS) Jumat, 14 April 2017.
Bahkan diakui Bupati bahwa belum adanya penerbangan reguler di daerahnya kerap kali dikeluhkan, terutama oleh wisatawan manca negera. Sebab jarak Surabaya-Sumenep sangat jauh, dan butuh waktu lama ketika ditempuh dengan mode transportsi darat. “Padahal mereka inginnya ke Sumenep untuk bersenang-senang,” tambahnya.
Sejauh ini, penerbangan yang ada di kabupaten ini hanya perintis. Jadwalnya dua kali dalam sepekan. “Kalau hanya dua kali, wisatawan pasti akan berpikir ketika mau ke Sumenep hanya sehari. Besoknya mau naik apa?,” ujarnya.
Karenanya, tambah politisi PKB itu, pihaknya akan mengupayakan relokasi bangunan SMA PGRI yang menjadi obstcle Bandara Trunojoyo bisa cepat dilakukan. Paling tidak bangunan lantai dua di sekolah tersebut dipangkas. Sebab untuk penerbangan reguler, pesawat yang digunakan minimal jenis ATR 72.
Untuk diketahui, tahun depan Pemkab memiliki program tahun kunjungan wisata (Visit Years 2018). Pemerintah menargetkan banyak wisatawan berkunjung menikmati sejumlah destinsi wisata di daerah ini, salah satunya Pulau Gili Iyang dan Gili Labak. (FATHOL ALIF/BETH)