SUMENEP, koranmadura.com — Berdasarkan hasil penelitian Tim Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim LAPAN, Pulau Gili Iyang dinyatakan sebagai salah satu pulau yang mempunyai kandungan ogsigen terbaik di dunia setelah Yordania.
Ketua Kelompok Sadar Wisata Pulau Gili Iyang ”Andang Taruna”, Ahyak Ulumuddin menceritatakan, awalnya kedatangan LAPAN di Gili Iyang bukan bermaksud melakukan penelitian tentang kadar ogsigen. Kedatangan LAPAN pada 2005 lalu untuk mengerjakan salah satu proyek pemasangan kicir angin. Proyek tersebut nantinya akan dijadikan sebagai pembangkit tenaga listrik.
Namun, proyek tersebut tidak berhasil karena kincir angin yang dipasang selalu patah. Patahnya kincir angin itu diduga tidak kuat menahan kencangnya angin dipesisir pantai Gili Iyang. ”Pekerjaan proyek itu agak lama disini. Karena proyek itu tidak jadi, maka LAPAN memilih tidak melanjutkan,” katanya.
Ditengah proses pekerjaan proyek itu, salah satu anggota LAPAN merasakan ada perbedaan yang signifikan dibandingkan daerah lain. Sehingga, pada tahun 2006 LAPAN memilih kembali ke Pulau Gili Iyang untuk melakukan penelitian.
Sebelum menentukan kadar oksigen terbaik, LAPAN melakukan penelitian selama 7 bulan di 17 titik, termasuk melakukan penelitian di Pulau Sapudi. Sebab, berdasarkan hasil penelitian kadar oksigen selalu berubah di bagian timur Pulau Gil Iiyang. Namun, setelah diteliti kadar ogsigen di Pulau Sapudi hampir sama dengan daerah lain.
Hasil dari penelitian tersebut menyebutkan Gili Iyang memiliki konsentrasi oksigen rata-rata sebesar 20,9 persen dengan level explosif limit (LEL) 0,5%. Nilai kandungan tersebut berbeda dengan wilayah lain yang mempunyai nilai konsentrasi oksigen berkisar antara 18-19 persen dan LEL 0,0%. Ketika dikaji ulang, hasilnya pun sama yakni oksigen di pulau tersebut antara 3,3 hingga 4,8 persen atau di atas normal. Dan tak heran jika pulau Gili Iyang tersebut dijadikan destinasi wisata kesehatan.
Tidak hanya itu, kata Ahyak, setiap malam dipastikan ada titik tertentu yang kadar oksigennya mencapai 21,5 persen. Hanya saja titik tersebut setiap malam selalu berpindah-pindah. Perpindahan titik itu dirasa perlu dilakukan penelitian ulang guna menemukan sumber oksigen yang sebenarnya.
”Sampai saat ini belum ada yang menemukan dari mana sumber oksigen itu. Banyak yang mengatakan, oksigen itu bersumber dari tumbuhan, tapi disini meskipun musim kemarau kadar oksigen tidak mengalami perubahan,” jelasnya.
Sementara tempat yang saat ini dibangun sebagai titik kadar oksigen, itu hanyalah salah satu tempat LAPAN saat melakukan penelitian. ”Pokoknya Gili Iyang ini memiliki kadar oksigen terbaik. Kenapa dibangun? biar pengunjung ada yang dituju saja, karena sampai saat ini belum bisa dipastikan dimana titik oksigen yang mencapai 21,5 persen, karena selalu berpindah-pindah,” jelasnya. (JUNAIDI/MK)