SUMENEP, koranmadura – Menjamurnya media online akhir-akhir ini menjadi perhatian khusus para ahli dan guru besar bahasa Indonesia. Sebab sebuah situs berita dengan mudah dapat dibuat dan dengan mudah pula bisa menyebar dengan cepat ke tengah-tengah masyarakat.
Syaf Anton WR, salah satu pemerhati bahasa dan budaya di Sumenep mengatakan bahwa situasi saat ini lebih membutuhkan perhatian dari sebelum-sebelumnya saat media massa masih terbatas pada media cetak dan elektornik.
“Kita semua harus peduli dan memperhatikan fenomena ini, sebab siapa pun kini bisa membuat situs berita, menulis berita dan menyebarkannya ke tengah-tengah masyarakat. Kita semua harus kritis dan ikut serta berupaya memberikan masukan-masukan agar para praktisi media online tersebut tidak justru membuat bahasa Indonesia rusak,” ujarnya, Rabu siang, 17 Mei 2017.
Hal senada juga disampaikan Kepala Balai Bahasa Jawa Timur, Amir Mahmud. Menurutnya, penggunaan bahasa Indonesia di media online akhir-akhir ini makin tidak karuan.
“Campur aduk antar bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing. Di televisi kita juga menyaksikan penggunaan kata Breaking News, High Light dan sebagainya. Ini membuat masyarakat kita menjadi bingung,” terangnya.
Balai Bahasa Jawa Timur yang dipimpinnya sedang bekerja keras membendung penggunaan bahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan kaidah atau tata bahasa Indonesia yang baik dan benar. Salah satunya dengan menggelar penyuluhan terhadap wartawan dan pengelola media massa.
Di Sumenep, kegitan tersebut digelar di salah satu perguruan tinggi kabupaten setempat dan dihadiri oleh sejumlah prakatisi media. Lain dari mereka, hadir pula beberapa guru bahasa Indonesia sejumlah sekolah menengah. “Acara ini kita gelar sejak kemaren Selasa 16 Mei kemarein dan akan berakhir besok, Kamis,” terang Lely, salah satu panitia dari Balai Bahasa Jawa Timur. (BETH/MK)