JAKARTA, koranmadura.com – Densus 88 dan Penjinak Bom Polda Jabar menggeledah dua rumah kontrakan di Bandung, Jawa Barat, kemarin (25/5). Polisi mengendus dua lokasi tersebut merupakan rumah dua terduga pelaku bom bunuh diri di Halte Bus Kampung Melayu Jakarta, Rabu (24/5) malam.
Lokasi pertama, polisi menggeladah sebuah rumah kontrakan di Jalan Cibangkong RT: 02/07, Kelurahan Cibangkong, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung sekitar pukul 07.30. Rumah kontrakan itu ditempati oleh INS, 31, salah satu terduga teroris yang melakukan aksi bom bunuh diri.
Dari pantauan di lapangan, penggeledahan rumah kontrakan tersebut dikawal ketat pihak kepolisian dari Polda Jabar dan Polsek Batununggal. Sehingga, kondisi itu memancing rasa penasaran warga sekitar. Warga pun mendatangi lokasi penggeledahan untuk mengetahui secara langsung kondisi tersebut.
Pada saat penggeledahan, petugas polisi membawa istri dan kedua anak INS ke Markas Polda Jabar untuk tes DNA. Polisi juga memasang garis pengaman di depan rumah kontrakan yang berukuran 3×7 meter. Turut diamankan, satu unit motor sport dengan nopol D 4874 ZAB dan dua sepeda milik anak INS.
Dede Sudrajat, 40, salah seorang warga yang rumahnya berdampingan dengan terduga pelaku bom bunuh diri, mengaku kaget dengan adanya penggeledahan itu. Dede tidak begitu mengenal sosok INS yang sudah menyewa rumah di sebelahnya lebih dari dua tahun.
”Saya pernah ketemu dengan Ichwan (INS) tapi hanya selewat saja. Orangnya biasa-biasa dan tertutup. Soalnya kalau dia pulang kerja jarang keluar dari rumah ngobrol sama saya mau pun tetangga yang lainnya,” tutur Dede di lokasi penggeledahan di Jalan Cibangkong. ”Kalau ditanya menjawab, gak ditanya dia diam,” sambungnya.
Dede mengungkapkan, terakhir melihat INS sekitar lima hari lalu keluar dari rumah dengan membawa sebuah tas ransel. Namun, diakui Dede, dia tidak menyapa atau bahkan mengobrol karena INS langsung bergegas meninggalkan rumahnya.
”INS, pada saat pergi meninggalkan istri dan kedua anaknya yang masih kecil-kecil. Yang pertama laki laki berusia 6 tahun dan yang kedua perempuan berusia 3 tahun,” ujarnya.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol Yusri Yunus saat ditemui dilokasi penggeledahan menjelaskan, usai menggeledah, pihaknya mengamankan istri bersama kedua anaknya. Termasuk saudara kandung INS di Mapolda Jabar. Itu untuk keperluan tes DNA.
”Sementara masih dikembangkan ke TKP lain, yaitu ke rumah kedua orang tuanya INS. Hari ini baru satu lokasi penggeledahan, kita masih melakukan pengembangan lagi. Mudah-mudahan secepatnya dari Tim Densus 88 dan tim Jibom,” jelasnya.
Dari rumah yang di kontrak INS, lanjut Yusri, pihaknya mendapatkan beberapa dokumen, paspor bernama ISN dan istrinya. Termasuk beberapa ajaran-ajaran tentang Islam. Yusri menyebutkan, tidak ada satu pun komponen bom yang ditemukan di rumah pelaku.
Di sisi lain, Yusri mengakui, setelah adanya kejadian ini, pihaknya terus melakukan kesiapsiagaan polisi. Sebab, polisi diduga menjadi sasaran para pelaku.
Dengan alasan itu, saat ini setiap patroli harus lebih dari dua orang. Yusri menambahkan, masih melakukan mapping keterkaitan pelaku dengan bom Cicendo. ”Istri INS mengaku pernah dikenalkan oleh INS kepada Agus pelaku Cicendo. Sebelum melakukan bom bunuh diri, ISN ini merupakan penjual herbal,” jelas Yusri.
Selain di Kota Bandung, lanjut Yusri, salah satu terduga bom bunuh diri yakni, AS, 31, merupakan warga Kampung Ciranji RT 04/RW 05, Desa Sirnagalih, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat. Penggeledahan dilakukan Kamis (25/5) sekitar pukul 02.30 dini hari.
Berdasarkan informasi yang dihimpun di Ciranji, tim gabungan berjumlah 15 orang menyisir kediaman rumah orang tua AS, 32, sekitar pukul 04.00. Kediaman AS yang bersebelahan dengan ibunya Eti Nurhasanah, dalam kondisi kosong lantaran lebih dari lima bulan AS bersama istri dan dua anaknya hijrah ke Garut.
Menurut Ketua RT setempat, Zaenal Mutaqien mengungkapkan, dirinya diminta petugas untuk menyaksikan penggeledahan rumah AS. Dalam kesempatan itu, polisi menanyakan tentang keberadaan AS. ”Di sini hanya ada ibu dan saudaranya AS saja. Kalau AS sudah lima bulan pindah ke Garut,” katanya.
Sekitar satu jam penggeledahan, polisi membawa ibu dan paman AS sebagai petunjuk untuk melakukan pengembangan ke rumah AS di Garut.
Zaenal mengaku, terakhir dirinya bertemu AS pada saat terduga mengurus pengantar surat pindah lima bulan lalu. Terduga berniat pindah lantaran untuk bekerja menjahit lebih mudah di Garut ditambah dekat dengan rumah adiknya.
”Memang sudah lama saya tidak bertemu lagi. Terakhir itu, ketika dia minta surat pindah lima bulan lalu, setelah itu tidak ketemu lagi,” pungkasnya. (jawapos.com)